Mensos buka pelatihan Wali Asuh dan Wali Asrama Sekolah Rakyat tahap II
Materi mencakup pola asuh, SOP penanganan kedaruratan, hingga standar pengelolaan asrama
Foto : Humas Kemensos RI
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) membuka Pelatihan Pengasuhan Sekolah Rakyat bagi Wali Asuh dan Pelatihan Pengelolaan Asrama bagi Wali Asrama Tahap II Tahun 2025 di Aula Lantai 3 Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (23/9/2025).
Pelatihan ini dilaksanakan serentak di 6 Balai Regional I–VI sejak 22 hingga 26 September 2025, dengan total 655 peserta yang terdiri dari 536 wali asuh dan 119 wali asrama dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 116 peserta hadir tatap muka di Banjarmasin (86 wali asuh dan 30 wali asrama), sementara peserta lain mengikuti secara hybrid.
Kedatangan Mensos Gus Ipul disambut meriah dengan yel-yel penuh semangat dari para peserta. Suasana pembukaan semakin hangat dengan penampilan siswa-siswi Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, mulai dari tarian tradisional, pidato bahasa Inggris oleh Anna Maghfirah, paduan suara, hingga puisi “Suara dari Tepi Sungai Banjar” yang dibacakan oleh Nabila Sagina.
Sejak paduan suara hingga pembacaan puisi, suasana aula dipenuhi rasa haru. Banyak wali asuh, wali asrama, maupun tamu undangan tersentuh hingga meneteskan air mata, merasakan beratnya amanah sekaligus indahnya cita-cita bersama membesarkan anak-anak Sekolah Rakyat.
Dalam arahannya, Mensos menyampaikan apresiasi mendalam kepada para wali asuh dan wali asrama. “Saya sungguh berterima kasih dan mengapresiasi bapak ibu yang memilih menjadi wali asuh dan wali asrama di Sekolah Rakyat,” ujar Gus Ipul.
Ia menegaskan ada tiga hal yang tidak boleh terjadi di Sekolah Rakyat, yakni perundungan (bullying), kekerasan fisik maupun seksual, dan intoleransi. “Bayangkan kalau kita menjadi mereka. Empati sangat dibutuhkan. Jika ada wali yang tidak sanggup menjauhi perundungan, kekerasan, dan intoleransi, lebih baik mengundurkan diri, karena cepat atau lambat pasti ketahuan,” tegasnya.
Sebagai bentuk komitmen, para wali asuh dan wali asrama diminta berdiri, mengangkat tangan kanan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk menjauhi perundungan, kekerasan, dan intoleransi.
Acara menjadi semakin berkesan saat Mensos Gus Ipul mengajak siswa-siswi Sekolah Rakyat ke panggung.
Saifudin, siswa SRT 9 Banjarbaru yang bercita-cita menjadi anggota TNI AD, menyampaikan rasa syukur bisa bersekolah dengan fasilitas yang layak.
“Saya berterima kasih karena sekarang kami bisa sekolah dengan fasilitas yang layak. Saya ingin belajar sungguh-sungguh agar bisa meraih cita-cita menjadi tentara,” kata Saifudin, yang disambut tepuk tangan peserta.
Sementara itu, Naila Indira Putri, siswi asal Banjarmasin yang bercita-cita menjadi dokter, juga berbincang dengan Mensos Gus Ipul. Ia bercerita bahwa sejak tinggal di Sekolah Rakyat pada 14 Juli lalu, ia merasa nyaman dengan dukungan guru-guru yang baik, teman-teman baru, serta fasilitas asrama.
“Saya senang sekali bisa belajar di sini, bisa makan tiga kali sehari, dan semua mendukung cita-cita saya menjadi dokter,” ungkap Naila.
Kepada para siswa, Mensos Gus Ipul berpesan untuk menyayangi orang tua dan menghormati guru. “Jadi anak-anak Sekolah Rakyat harus menyayangi orang tua apa pun profesinya, dan menghormati guru. Betul ya?,” ucap Gus Ipul dijawab serempak “Betul!” oleh para siswa.
Pelatihan tahap II ini berlangsung selama lima hari dengan materi mencakup pola asuh sesuai jenjang pendidikan, SOP penanganan kedaruratan, hingga standar pengelolaan asrama. Kegiatan ini dirancang agar para wali mampu memberikan pengasuhan yang penuh kasih sayang, disiplin, dan keteladanan, sekaligus menjadi penguat karakter bagi para siswa.
Menutup arahannya, Mensos Gus Ipul menyampaikan harapan besar. “Jadikan pelatihan ini sebagai ladang pengabdian. Kita ingin anak-anak di Sekolah Rakyat tumbuh menjadi generasi tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan. Wali asuh dan wali asrama adalah kunci dalam perjalanan ini,” tuturnya.
Suwiryo