Peternak ayam di Aceh tanggung kerugian Rp800 juta akibat listrik padam
Ayam broiler milik Muhammad Hatta warga Gampong Blang Blang Raja, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sebanyak 18 ribu ekor ayam siap panen mati akibat listrik padam selama tiga hari, Kamis (2/10) (ANTARA/HO)
Peternak ayam broiler Muhammad Hatta warga Gampong Blang Blang Raja, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) merugi karena sebanyak 18.000 ekor ayam mati akibat pemadaman listrik selama tiga hari yang melanda sebagian besar di Provinsi Aceh.
"Ayam siap panen yang saya budidayakan itu mati kepanasan karena listrik padam," katanya dihubungi dari Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan kerugian ayam mati secara massal karena kepanasan akibat aliran listrik dari PLN padam ditaksir mencapai Rp800 juta.
"Jika saya hitung secara keseluruhan melebihi dari Rp800 juta," katanya.
Adapun bobot ayam yang rencana panen pada malam seberat 2 kilogram dengan hitungan per kilogram Rp25 ribu.
Ia menuturkan dirinya telah mengkonfirmasi pihak PLN terkait pemadaman listrik sebagai bagian antisipasi agar kandang yang menggunakan sistem Close House (CH) dapat terus tersuplai arus listrik.
"Saya tanya lewat grup dan aplikasi terkait pemadaman, ada petugas yang datang, tapi mereka tidak menyampaikan berapa lama pemadaman akan berlangsung," katanya.
Muhammad Hatta ikut mencari alternatif dengan memasok listrik ke kandang menggunakan genset yang hidup selama tiga hari.
"Hari ketiga sekitar pukul 15.00 WIB genset sudah tidak mampu lagi untuk mensuplai arus akibat tidak pernah mati dan genset pun down (mati). Saat udara, suhu, kelembapan, dan kualitas udara tidak baik lagi karena sistem kipas mati saat itulah ayam mati," katanya.
Ia juga mengaku kecewa karena tidak ada pemberitahuan secara pasti, sebab jika disampaikan secara jelas dapat menyiapkan genset yang cukup untuk memastikan angin tersedia dengan cukup dalam kandang.
"Jika waktu pemadaman disampaikan dengan jelas, pasti saya akan mencari genset tambahan agar tidak merugi karena ayam mati kepanasan," katanya.
Pengusaha ternak tersebut meminta PLN bertanggung jawab penuh terhadap kerugian yang di deritanya, karena dia tidak pernah diberitahukan adanya rencana pemadaman.
"Perhatian khusus ini sangat saya perlukan agar usaha ternak ayam broiler dengan pekerja empat orang dapat kembali bangkit," katanya.
Ia menambahkan saat ini ia dengan pekerja berjumlah empat orang dengan ikut menyewa eskavator menggali lobang besar untuk mengubur ayam yang mati secara massal karena pemadaman listrik.