Sumpah Pemuda 2025, masihkah relevan untuk Generasi Z?

Update: 2025-10-28 08:47 GMT

Sosiolog Politik Universitas Muhammadiyah Malang Wahyudi Winaryo. Foto : Istimewa

Setiap tanggal 28 Oktober Sumpah Pemuda diperingati oleh bangsa Indonesia: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa — Indonesia. Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa historis, melainkan titik tolak kebangkitan nasional yang melahirkan kesadaran kolektif bahwa kekuatan bangsa ini bersumber dari semangat para pemudanya.

Sumpah pemuda 2025 tetap memberi spirit, menjadi core values bagi anak muda untuk terus bergerak dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan sejak Indonesia belum menjadi negara Republik Indonesia, dimana pada tahun 1928 para pemuda nusantara berkumpul untuk menggagas negara Indonesia menjadi Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.

Sosiolog Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Wahyudi Winaryo menyebut untuk satu bahasa dinilai sudah sangat bagus namun untuk menjadi satu bangsa menurutnya masih harus diupayakan.

"Saya kira masih harus tetap diupayakan, ditingkatkan integritasnya, ditingkatkan komitmennya untuk menjadi satu bangsa, satu saudara, satu keluarga yang saling nyengkuyung (saling mendukung satu dengan yang lain untuk mencapai cita-cita sesuai Pancasila dan UUD 45," papar Wahyudi Winaryo dalam wawancara di Radio Elshinta Surabaya Rabu, (28/10/2025).

Wahyudi menambahkan, di era industri 4.0, dimana Jepang menyebut era revolusi industri 5.0, Wahyudi menyebutnya revolusi industri 6.0 yaitu revolusi industri dimana kita menerima kecanggilan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjaga fundamental masyarakat sekaligus memfilter dengan spiritualitas.

Menurut Wahyudi, kemampuan penguasaan teknologi anak zaman sekarang jauh lebih cepat dan hebat, hal ini tidak diragukan lagi. Meski demikian kemampuan ini harus diimbangi dengan literasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang linier atau sejalan dengan perjuangan komponen masyarakat lain di lintas generasi.

"Anak muda ke depan akan menjadi pemimpin yang luar biasa, tidak gaptek (gagap teknologi) sekaligus mengikatkan diri pada komitment untuk menjaga jatidiri bangsa yang memiliki identitas kolektif yaitu Pancasila," ujar Wahyudi

Wahyudi menambahkan sejauh ini, pemuda sudah menempati struktur dan sistem ekonomi, politik dan budaya yang tersedia bagi mereka. Tidak bisa dipungkiri, partisipasi generasi Z dalam dunia politik terus meningkat.

Di sektor ekonomi, di era digitalisasi, justru mereka menjadi panglima. Yang harus diperjuangkan adalah mereka tidak boleh meninggalkan dan menanggalkan kepribadian bangsa yaitu Bangsa Nusantara. Hal ini yang harus menjadi fokus bersama untuk menuju cita cita Indonesia emas 2045.

Di sisi lain, Wahyudi berpendapat perbedaan dalam politik zaman dulu dengan zaman sekarang terletak pada ideologi. "Dahulu orang sangat idealis memegang ideologi atas parpol yang dipilih, dan menganggap partai lain tidak akan dipilih alias loyal.

Sementara hari ini, anak muda lebih memilih partai yang memang bisa membuktikan, track record nya sebagai partai yang mampu memberikan ruang politik dan ruang perjuangan mereka kepada masyarakat, sehingga tidak heran jika sering terlihat anak muda berpindah partai yang menurut mereka sesuai dengan hati nuraninya,"

Dalam kebijakan pemerintah, Wahyudi berpendapat Presiden Prabowo dirasa sudah memberikan ruang yang cukup luas kepada para pemuda yang terlihat dari orang-orang yang duduk dalam kabinetnya sebagian diisi anak muda.

"Saya percaya anak muda Indonesia, memiliki kompetensi, integritas dan komitmen yang luar biasa asal diberi kesempatan dan bimbingan," pungkasnya.

Uuyun Arbaiyah

Tags:    

Similar News