Tuberkulosis masih jadi tantangan kesehatan di Jakarta

Update: 2025-09-09 06:20 GMT

Ilustrasi - Dokter memeriksa pasien tuberkulosis (TB). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah.

Elshinta.com - Ketua Majelis Kehormatan Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan paru di Jakarta dan Kampung Siaga TB diharapkan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit tersebut.

"Infeksi misalnya, TB masih cukup banyak, dan kini ada program RW bebas TB yang mudah-mudahan sukses," kata Tjandra yang juga Penasihat PDPI Cabang Jakarta itu saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta per Juli 2025, kasus TB di Jakarta mencapai 36.825. Dari jumlah tersebut, 676 kasus di antaranya merupakan TB resistan obat (RO), yakni kebal terhadap obat TB lini pertama sehingga memerlukan pengobatan berbeda, lebih lama, dan kompleks dibandingkan TB biasa.

Sementara itu, salah satu upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meningkatkan kewaspadaan TB, yaitu dengan menginisiasi pembentukan Kampung Siaga TB. Saat ini, sebanyak 274 Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta sudah membentuk Kampung Siaga TB.

Perlu diketahui, kata "siaga" itu tidak menandakan kedaruratan terhadap kasus TB melainkan kewaspadaan warga untuk mencegah penyakit tersebut.

Selain TB, asma yang disertai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan kanker paru juga menjadi masalah kesehatan seputar paru yang dialami masyarakat di Jakarta.

Tjandra mengatakan pakar kesehatan paru yang tergabung dalam PDPI di Jakarta berkolaborasi dengan Dinkes DKI untuk ikut berperan aktif meningkatkan kesehatan paru dan pernapasan masyarakat di Kota Jakarta.

Sementara itu, Ketua PDPI Cabang Jakarta dr. M. Fahmi Alatas, Sp.P(K) menyampaikan salah satu bentuk kolaborasi itu, khususnya terkait TB, yakni dengan menjadi fasilitator pelatihan TB sensitif obat, TB resisten obat, TB HIV, dan mewujudkan kawasan tanpa asap rokok.

"Kami juga membantu menguatkan sejawat spesialis paru di RSUD milik Dinkes DKI untuk tindakan-tindakan intervensional, baik diagnostik atau terapeutik dengan konsultasi, atau jika dibutuhkan pendampingan," ujar Fahmi.

Tak berhenti sampai di situ, dia menambahkan pengurus PDPI Cabang Jakarta juga akan membantu Dinkes DKI dalam penyediaan dokter spesialis paru di rumah sakit umum daerah (RSUD) yang memiliki spesialis paru.

"Yakni dengan merekomendasikan anggota muda PDPI (residen) yang baru lulus untuk bisa ditempatkan di RSUD milik Dinkes DKI Jakarta," ucap Fahmi.

Tags:    

Similar News