Akademisi Indonesia torehkan prestasi riset energi terbarukan di Korea

Update: 2025-12-25 04:50 GMT

Ketua Pusat Kajian Advanced Energy and Power System Solution (AEPS2), Institut Teknologi PLN (ITPLN) Dr Marwan Rosyadi saat memaparkan risetnya dalam ajang International Conference on Electrical Machines and Systems (ICEMS) 2025 yang digelar di Busan, Korea Selatan beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-ITPLN

Elshinta Peduli

Ketua Pusat Kajian Advanced Energy and Power System Solution (AEPS2), Institut Teknologi PLN (ITPLN), Dr Marwan Rosyadi meraih Best Presentation Award dalam International Conference on Electrical Machines and Systems (ICEMS) 2025 di Busan, Korea Selatan.

Penghargaan ini diraih setelah ia mempresentasikan riset tentang stabilitas frekuensi sistem tenaga listrik berbasis energi terbarukan dalam gelaran tersebut.

"Penghargaan ini merupakan kehormatan dan apresiasi yang sangat berarti. Ini menjadi validasi bahwa topik riset yang saya angkat, khususnya terkait stabilitas frekuensi pada sistem tenaga berbasis energi terbarukan, memiliki relevansi global," kata Marwan dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Marwan mengatakan capaian tersebut sekaligus menjadi dorongan untuk terus mengembangkan riset yang aplikatif dan berdampak nyata bagi pengembangan sistem tenaga listrik modern.

"Setiap presentasi diuji secara kritis, baik dari sisi teori, metodologi, maupun implementasi praktis. Pengalaman ini menunjukkan bahwa peneliti Indonesia mampu bersaing secara setara di forum internasional, selama riset yang dilakukan memiliki kebaruan, kedalaman analisis, dan relevansi terhadap tantangan global," kata dia.

Dalam forum tersebut, Marwan mempresentasikan makalah berjudul Virtual Inertia Control for Grid-Connected Wind Farms: A Novel Approach to Frequency Stability Enhancement.

Elshinta Peduli

Penelitian ini menyoroti persoalan menurunnya natural inertia sistem tenaga listrik akibat meningkatnya penetrasi pembangkit berbasis inverter, seperti pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dan surya (PLTS).

Penurunan inertia tersebut, kata Marwan, menyebabkan sistem menjadi lebih rentan terhadap gangguan, ditandai dengan deviasi frekuensi yang berlangsung lebih cepat.

Hasil penelitian menunjukkan pendekatan tersebut mampu meningkatkan frequency nadir serta meredam rate of change of frequency (RoCoF) secara signifikan tanpa memerlukan perubahan perangkat keras utama.

"Ini membuatnya lebih mudah diimplementasikan dan relevan untuk sistem tenaga masa depan dengan penetrasi energi terbarukan yang tinggi," ujar Marwan.

Melalui riset tersebut, Marwan berharap temuannya dapat menjadi jembatan antara kebutuhan menjaga stabilitas sistem tenaga listrik dan agenda transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Tags:    
Elshinta Peduli

Similar News