China bantah laporan AS soal peningkatan senjata nuklir

Update: 2025-12-24 09:30 GMT

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Elshinta Peduli

Beijing membantah laporan Amerika Serikat yang menyebut China meningkatkan kapasitas persenjataan nuklir dan tidak punya keinginan untuk melakukan negosiasi soal pengendalian senjata.

"China tetap teguh pada kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu dan strategi nuklir yang berfokus pada pertahanan diri. Kami mempertahankan kekuatan nuklir pada tingkat minimum yang dibutuhkan oleh keamanan nasional dan tidak terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (23/12).

Menurut draf laporan Pentagon yang didapat media, China dilaporkan telah memuat lebih dari 100 rudal balistik antarbenua DF-31 berbahan bakar padat ke tiga silo (fasilitas peluncuran rudal) yang baru dibangun di dekat perbatasannya dengan Mongolia.

Meski begitu, laporan tersebut tidak mengidentifikasi target potensial untuk rudal yang baru dimuat.

"Kami telah mendengar cerita yang sama yang diceritakan dan diulang-ulang oleh AS untuk menciptakan dalih untuk mempercepat peningkatan kekuatan nuklir AS dan mengganggu stabilitas strategis global," tambah Lin Jian.

Komunitas internasional perlu menyadari hal itu dengan sungguh-sungguh bahwa AS sebagai negara adidaya nuklir yang memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia sehingga harus memenuhi tanggung jawabnya untuk perlucutan senjata nuklir.

"AS juga bertanggung jawab untuk melakukan pengurangan drastis dan substansial terhadap persenjataan nuklirnya serta menciptakan kondisi bagi negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya untuk bergabung dalam proses perlucutan senjata nuklir. Ini seharusnya menjadi prioritas utama bagi AS," ungkap Lin Jian.

Elshinta Peduli

Lin Jian menyebut pada November 2025, pemerintah China baru saja merilis buku putih "Pengendalian Senjata, Perlucutan Senjata, dan Non-Proliferasi China pada Era Baru" yang berisi tinjauan lengkap tentang kebijakan nuklir China dan posisinya mengenai perlucutan senjata nuklir.

Persediaan hulu ledak nuklir China disebut tetap berada di bawah 600-an hulu ledak pada 2024, mencerminkan apa yang digambarkan laporan tersebut sebagai tingkat produksi yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, Beijing berada di jalur yang sesuai untuk dapat memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.

Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa China berharap dapat berperang dan memenangkan perang atas Taiwan pada akhir 2027.

China disebut sedang menyempurnakan opsi merebut Taiwan termasuk dengan melakukan serangan jarak jauh hingga 2.000 mil laut dari daratan yang dapat mengganggu operasi militer AS di Asia-Pasifik.

China pun dilaporkan kurang berminat untuk melakukan pembicaraan soal pengendalian senjata.

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia mungkin akan melakukan diskusi denuklirisasi dengan China dan Rusia.

Namun, laporan Pentagon menyimpulkan bahwa Beijing tampak tidak ingin terlibat.

"China secara aktif berpartisipasi dalam proses peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir dan pertemuan mekanisme P5 (lima negara pemilik senjata nuklir) serta mempertahankan dialog dengan berbagai pihak mengenai perlucutan senjata nuklir," tegas Lin Jian.

Tags:    
Elshinta Peduli

Similar News