Kesepakatan damai Thailand–Kamboja tertunda akibat ledakan ranjau

Update: 2025-11-11 10:00 GMT

Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Prey Chan, Banteay Meanchey, Kamboja, Jumat (29/8/2025). Meski gencatan senjata masih diberlakukan, penjagaan ketat kawasan perbatasan tetap dilakukan Tentara Kerajaan Kamboja akibat konflik perbatasan negara mereka dengan Thailand yang dipicu oleh sengketa kepemilikan Kuil Preah Vihear itu. /ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, Senin (10/11) mengumumkan penangguhan kesepakatan damai dengan Kamboja akibat insiden ledakan ranjau darat yang melukai personel militer Thailand.

"Semua yang kita lakukan harus dihentikan segera. Saya telah menginstruksikan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri untuk bertindak sesuai dengan kepentingan Thailand ke depannya," kata Anutin, sebagaimana disiarkan Thai PBS.

Sebelumnya di hari yang sama, militer Thailand memastikan bahwa dua personelnya terluka karena terkena ledakan ranjau darat saat menjalani misi patroli di perbatasan Thailand-Kamboja.

Seorang personel kehilangan kakinya, sementara personel lainnya menderita gegar otak parah akibat ledakan ranjau itu.

Peristiwa ini merupakan yang ketujuh kalinya terjadi sejak Mei lalu, dan enam personel militer Thailand jadi cacat akibat ledakan ranjau.

Ranjau tersebut berada di rute patroli perbatasan di mana belum pernah terjadi ledakan seperti itu sebelum konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja tahun ini.

PM Thailand menyebut ledakan ranjau ini mencerminkan sikap Kamboja yang ingin meneruskan permusuhan.

"Saya mendukung penuh angkatan bersenjata Thailand dan akan menyokong tindakan apapun yang mereka anggap pantas saat ini," kata Anutin.

Sementara itu, Kamboja membantah tuduhan Thailand bahwa ranjau-ranjau tersebut diletakkan oleh personel militernya.

Pihak Kamboja berkata bahwa personel militer Thailand, saat berpatroli, memasuki wilayah Kamboja yang dipenuhi ranjau-ranjau bekas perang saudara di negara tersebut bertahun-tahun lalu.

Sengketa perbatasan bertahun-tahun antara Thailand dan Kamboja mengalami eskalasi menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli 2025, di mana kedua belah pihak saling menembakkan artileri dan meluncurkan serangan udara.

Akibat konflik ini, kedua negara melaporkan jatuhnya korban jiwa, termasuk dari kalangan warga sipil.

Serangan bersenjata tersebut berakhir setelah Thailand dan Kamboja menyatakan gencatan senjata pada 4 Agustus 2025. Selang beberapa hari, kedua negara menyepakati implementasi gencatan senjata melalui kesepakatan formal.

Thailand dan Kamboja diketahui merupakan negara penandatangan Traktat Ottawa, atau Konvensi Pelarangan Ranjau Anti-Personel, yang melarang pemanfaatan, penimbunan, produksi, dan pemindahan ranjau anti-personel.

Perjanjian yang juga menyepakati pemusnahan ranjau anti personel tersebut diteken di ibu kota Kanada, Ottawa, pada 1997 dan resmi berlaku pada 1999.

Sumber: Sputnik-OANA

Tags:    

Similar News