Sejarah singkat diwajibkannya puasa Ramadan dalam Islam
Menyambut Ramadan 2026, pelajari sejarah diwajibkannya puasa Ramadan dalam Islam. Timeline lengkap sejak zaman Nabi Adam hingga turunnya ayat puasa di Madinah.
Ilustrasi/ Elshinta.com
Menyambut bulan Ramadan 2026, penting bagi kita sebagai Muslim tidak hanya memahami tata cara berpuasa, tetapi juga melacak akar sejarah disyariatkannya ibadah mulia ini. Mengetahui sejarah puasa Ramadan memberikan perspektif yang lebih dalam tentang hikmah dan filosofi di balik kewajiban ini, sekaligus memperkuat hubungan spiritual kita dengan warisan Islam yang kaya.
Artikel ini akan mengupas timeline historis disyariatkannya puasa Ramadan, dari masa sebelum Islam hingga turunnya perintah definitif di Madinah, dilengkapi dengan analisis konteks sosial yang melatarbelakanginya.
Pra-Islam: Jejak Puasa dalam Peradaban Sebelumnya
Sebelum mendarat pada umat Islam, praktik puasa sebenarnya telah dikenal dalam berbagai peradaban dan agama sebelumnya. Allah SWT mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ" (QS. Al-Baqarah: 183)
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Para sejarawan mencatat praktik puasa telah dilakukan oleh:
- Umat Nasrani dengan puasa 40 hari (Lent)
- Umat Yahudi dengan puasa Asyura (10 Muharram)
- Penganut agama pagan Arab yang berpuasa pada hari-hari tertentu
Namun, praktik puasa pra-Islam ini seringkali disertai dengan ritual yang menyimpang dan berlebihan, sehingga diperlukan reformasi melalui syariat Islam.
Fase Pertama: Puasa Asyura di Mekah (Sebelum Hijrah)
Pada fase ini, Rasulullah SAW dan para sahabat belum menerima perintah puasa Ramadan. Ibnu Abbas RA meriwayatkan:
"قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ: مَا هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى، فَقَالَ: أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ" (HR. Bukhari)
Ketika tiba di Madinah, Nabi melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka berkata: "Ini adalah hari yang baik, dimana Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari ini." Nabi bersabda: "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." Maka Nabi berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa.
Puasa Asyura saat itu bersifat sukarela, belum menjadi kewajiban. Praktik ini menjadi "latihan spiritual" sebelum turunnya kewajiban puasa Ramadan.
Titik Balik Sejarah: Turunnya Ayat Puasa di Madinah
Peristiwa monumental terjadi pada 10 Syaban tahun ke-2 Hijriah, atau sekitar 624 Masehi. Saat itulah turun wahyu yang menetapkan puasa Ramadan sebagai kewajiban:
"شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ..." (QS. Al-Baqarah: 185)
"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa..."
Turunnya ayat ini menandai babak baru dalam sejarah ibadah umat Islam, sekaligus menjadi pembeda yang jelas dari praktik puasa agama sebelumnya.
Evolusi Hukum: Dari Pilihan Menuju Kemudahan
Awalnya, puasa Ramadan memiliki aturan yang lebih ketat:
- Tidak diperbolehkan makan, minum, dan hubungan suami istri setelah tidur malam
- Wajib memberi makan orang miskin jika tidak sanggup berpuasa
Namun, kemudian turun keringanan (rukhsah) yang kita kenal sekarang:
"أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ... وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ" (QS. Al-Baqarah: 187)
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu... dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar."
Kontekstualisasi Sejarah untuk Ramadan 2026
Memahami sejarah puasa Ramadan memberikan kita beberapa pelajaran berharga:
- Progresivitas Syariat - Islam menghargai proses dan memberikan kemudahan
- Spiritualitas yang Terukur - Dari puasa sukarela menuju kewajiban yang terstruktur
- Identitas Keislaman - Puasa Ramadan menjadi pembeda umat Islam