Aliansi Masyarakat Solo sepakat 'Joglo Sukun' hadang aksi kekerasan

Berbagai elemen masyarakat Kota Solo dari mahasiswa, pelajar hingga Ibu PKK menggelar deklarasi menolak anarkisme dan kekerasan di depan Museum Radya Pustaka, Keraton Surakarta, Minggu (21/9/2025).

Update: 2025-09-22 09:00 GMT

Sumber foto: Agung Santoso/elshinta.com.

Berbagai elemen masyarakat Kota Solo dari mahasiswa, pelajar hingga Ibu PKK menggelar deklarasi menolak anarkisme dan kekerasan di depan Museum Radya Pustaka, Keraton Surakarta, Minggu (21/9/2025). Aksi tersebut mengusung tema Joglo Sukun atau Jogo Solo Supoyo Rukun, sebagai ajakan menjaga Kota Solo tetap aman, damai, dan rukun.

Koordinator aksi, BRM Kusumo Putro, menyampaikan deklarasi ini merupakan kesepakatan bersama berbagai elemen masyarakat. Mereka menegaskan siap menghadang siapapun yang mencoba merusak keamanan kota.

“Hari ini kami sepakat mendeklarasikan Aliansi Masyarakat Kota Solo. Tujuannya menolak segala bentuk anarkisme, kekerasan, maupun intimidasi yang merugikan masyarakat dan Kota Solo,” ujarnya.

Sebagai simbol perlawanan terhadap anarkisme, puluhan ribu stiker Joglo Sukun dibagikan kepada warga untuk ditempel di rumah dan kendaraan. Kusumo menegaskan, pembagian stiker akan terus dilakukan di lima kecamatan di Solo.

“Ini bentuk imbauan dan pengingat agar masyarakat menjaga Kota Solo tetap rukun. Kota ini adalah kota seni dan budaya, menjunjung tinggi kearifan lokal serta keberagaman,” tambahnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Agung Santoso, Senin (22/9). 

Ia juga mengapresiasi langkah cepat Polresta Surakarta yang telah menangkap sejumlah pelaku kerusuhan. Menurutnya, hal itu membuktikan adanya pihak-pihak tertentu yang berupaya membuat kerusuhan di Solo.

“Polresta sudah bertindak. Itu bukti ada pihak yang ingin bikin rusuh. Kami warga Solo sepakat menghadang siapa pun yang coba merusak kota,” tegas Kusumo.

Lebih jauh, ia mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam mengambil kebijakan dan tidak menyakiti rakyat, mengingat banyak negara lain dilanda kerusuhan akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah.

“Ini peringatan bagi pemerintah agar peristiwa 1998 tidak terulang kembali,” tandasnya.

Ketua pelaksana aksi, Wisnu Tri Pamungkas, menambahkan bahwa para pelaku kekerasan di Solo beberapa waktu lalu bukan berasal dari warga lokal.

“Orang Solo punya kultur bertindak dengan hati. Mereka tidak tega melakukan tindakan anarkis seperti itu,” ungkapnya.

Deklarasi ditutup dengan doa bersama dan peneguhan komitmen seluruh peserta untuk menjaga Kota Solo tetap kondusif, aman, dan damai. 

Tags:    

Similar News