Bantul fokus penyelamatan 450 jiwa terdampak tanah longsor Imogiri
Pemerintah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini fokus melakukan penyelamatan terhadap sebanyak 450 jiwa yang terdampak tanah longsor akibat hujan deras.
Talut sungai Oya di pedukuhan Wunut, Kelurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta longsor pada Jumat (21/11/2025). ANTARA/HO-Humas Polres Bantul
Pemerintah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini fokus melakukan penyelamatan terhadap sebanyak 450 jiwa yang terdampak tanah longsor akibat hujan deras yang mengguyur di wilayah Kelurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri pada Jumat (21/11).
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Bantul, Minggu, mengatakan, kejadian tanah longsor atau talut Sungai Oya di Pedukuhan Wunut Sriharjo Imogiri yang longsor berdampak pada terbatasnya akses warga Pedukuhan Sompok Sriharjo dengan Wunut Sriharjo, karena akses jalan itu terputus.
"Dilaporkan oleh BPBD, warga terdampak di Wunut ada 300 jiwa, dan yang di Sompok ada 150 jiwa, jadi sekitar 450 jiwa inilah yang menjadi fokus penyelamatan terhadap warga yang terdampak di lokasi Wunut dan Sompok," katanya.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat dua posko darurat, yang pertama di Sompok Sriharjo, dan kedua di Kedungjati, Selopamiro. Karena akses jalan tersebut putus dari Sompok ke Wunut, yang mana di lokasi tersebut menjadi tempat kumpul warga terdampak.
"Maka kita juga membuat dua akses, yang pertama dari Sompok itu sendiri nanti untuk distribusi logistik barang maupun jasa ya pastilah melalui jalan-jalan yang tersedia, mungkin bisa melalui sawah," katanya.
Dia mengatakan, yang kedua posko di Kedungjati sebelah selatan Wunut yang melintasi Kali Oya itu dibangun posko untuk mengantisipasi jika lalu lintas di jalan kabupaten, ruas Sompok-Wunut itu benar-benar tidak bisa dilalui bahkan oleh pejalan kaki sekalipun.
"Sehingga posko yang ada di Kedungjati bisa kita sediakan untuk aliran logistik melalui jembatan gantung yang ada di Wunut," katanya.
Dia mengatakan, upaya selanjutnya bersama para relawan dan Kelurahan Sriharjo, tengah menetapkan tempat evakuasi mengingat berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan tahun 2025 sampai Desember pada wilayah Indonesia bagian barat.
Bupati mengatakan, BMKG juga mengumumkan musim hujan akan sampai pada puncaknya pada bulan Februari 2026 pada Indonesia wilayah selatan. Sementara Yogyakarta ini masuk bagian wilayah barat dan wilayah selatan.
"Sehingga kalau kita menggunakan patokan Indonesia bagian Barat, maka puncak musim hujan ini bulan Desember, kalau kita menggunakan menggunakan wilayah Indonesia bagian selatan, Yogyakarta ini juga bagian dari selatan, maka kemungkinan puncaknya itu sampai Februari," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, dalam masa tanggap darurat bencana di Bantul yang diberlakukan mulai 21 November sampai 5 Desember selama 14 hari ke depan, fokus utamanya adalah keselamatan nyawa, keselamatan jiwa.
"Maka dari posko logistik tidak boleh ada yang kelaparan, kurang makan atau tidak bisa memenuhi aktivitas hidup sehari-hari. Karena terputusnya akses itu yang pemerintah harus menjamin. Dan jika keadaan memburuk, maka evakuasi, relokasi warga pastilah akan kita lakukan," katanya.