Densus 88 ungkap tren baru perekrutan anak oleh jaringan terorisme lewat game online

Update: 2025-11-20 09:35 GMT

Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana

Densus 88 Antiteror Polri mengungkap tren baru perekrutan anak dan remaja oleh jaringan terorisme sepanjang tahun 2025, dengan temuan lebih dari 110 anak telah coba disasar secara digital.

Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan dalam wawancara di Radio Elshinta Edisi Sore, Rabu (19/11/2025) bahwa pola rekrutmen kini bergeser ke ruang maya dan banyak berlangsung melalui gim daring yang menjadi ruang interaksi utama anak-anak.

Kepada News Anchor Bhery Hamzah, Mayndra menegaskan bahwa teknik dan taktik intelijen tidak dapat dibuka ke publik, namun deteksi dilakukan melalui laporan masyarakat dan analisa intelijen. “Kami melihat adanya tren baru tahun 2025, terjadi rekrutmen anak yang angkanya lebih dari 110 orang,” ujarnya. Menurutnya, angka itu kemungkinan lebih besar karena sistem penyebarannya acak dan masif.

Ia menyebut para anak yang terpapar tidak diamankan, melainkan ditangani melalui kerja bersama berbagai pemangku kepentingan seperti psikolog, dinas sosial, BPPA, KPAI, hingga NGO yang memiliki program pendampingan digital. “Kami tidak sendirian, ada banyak stakeholders yang lebih proper menangani anak-anak berhadapan dengan hukum,” kata Mayndra.

Pola rekrutmen, lanjutnya, berkembang mengikuti peradaban digital. Anak-anak diajak berinteraksi melalui gim daring atau game online dalam bentuk medan pertempuran buatan yang menggunakan simbol-simbol mirip ISIS.

“Di situ terjadi interaksi, anak ini digiring membuat medan pertempuran digital. Mereka memerankan militan, pakai simbol-simbol terorisme,” jelasnya. Tanpa sadar, anak menjadi familiar dengan simbol, narasi, dan kekerasan yang kemudian disambungkan dengan konten nyata dalam grup tertutup.

Menurut Mayndra, paparan tersebut bekerja pada alam bawah sadar anak. “Mereka mikirnya cuma main game, tapi secara tidak langsung tersusupi secara psikologis,” ujarnya. Anak kemudian diundang ke grup tertutup yang berisi video hingga konten kekerasan asli sehingga memunculkan persepsi heroisme palsu.

Ia menegaskan fenomena ini berkaitan dengan kasus ekstrem yang pernah muncul sebelumnya, menunjukkan bagaimana nilai radikal dapat dimanifestasikan dalam tindakan nyata.

Dari lima tersangka yang ditangkap, seluruhnya berperan sebagai perekrut, propagandis, hingga pemberi asupan ideologi kepada anak-anak. Densus 88 menyita berbagai bukti digital dalam penggeledahan.

“Mereka aktif merekrut dan menyalahgunakan media sosial untuk membesarkan komunitas,” ungkap Mayndra. Adanya “pemain lama” menunjukkan jaringan masih hidup, hanya berganti platform ke ranah digital.

Ia menjelaskan bahwa setelah runtuhnya ISIS, residu propaganda tetap beredar selama internet masih ada. Anak-anak yang terpapar saat ini masuk pada fase rekrutmen dan propaganda tanpa perlu bertemu langsung. “Ini membuat bahaya laten makin besar karena kita tidak tahu siapa saja yang sudah terpapar,” katanya.

Mayndra menegaskan bahwa seseorang tidak perlu menjadi anggota resmi untuk dianggap terpapar ideologi teror. Doktrin yang menempel dan siap diaktifkan sewaktu-waktu menjadi indikator bahaya. Fenomena serupa, ujarnya, terjadi di banyak negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, Australia, dan Singapura.

Sebagai peringatan kepada masyarakat, ia menjelaskan dua pendekatan utama Densus 88: penegakan hukum dan pencegahan. Pencegahan dilakukan melalui kontra narasi dan kontra ideologi. “Layer pertama itu keluarga. Orang tua harus hadir, menginspeksi anak, memberikan gadget secara proporsional,” tegasnya.

Ia mengingatkan orang tua untuk mewaspadai perubahan perilaku seperti sikap eksklusif, menjauhi lingkungan sosial, agresif saat diajak berdialog, hingga mengurung diri. “Salah satu dari 110 anak ini makin hari makin mengurung diri dan kamar dikunci,” ungkap Mayndra.

Indikator lain adalah penolakan terhadap simbol kebangsaan seperti Pancasila, NKRI, hingga upacara bendera. “Itu sudah satu tangga menuju radikalisasi,” ujarnya.

Penulis: Deddy Ramadhany/Ter

Similar News