DTPHPKP Cianjur catat produksi GKG mencapai 750 ribu ton
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan Cianjur, catat produksi gabah kering giling (GKG) Cianjur tahun 2025 mencapai 750 ribu ton
Kantor Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. ANTARA/Ahmad Fikri.
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat produksi gabah kering giling (GKG) Cianjur tahun 2025 mencapai 750 ribu ton naik sekitar 20 persen dari realisasi tahun 2024 yang berada di angka 630 ribu ton.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHPKP Kabupaten Cianjur Dandan Hendrayana di Cianjur, Minggu, mengatakan asumsi rendemen rata-rata lima tahun terakhir sebesar 58 persen membuat total estimasi produksi beras Cianjur diprediksi berada di angka 450 ribu ton.
"Tahun ini Kabupaten Cianjur diperkirakan kembali mencatat surplus beras bahkan berpeluang melampaui angka 20 persen dari target 700 ribu ton," katanya.
Hingga Agustus 2025, menurut dia, BPS mencatat luas panen mencapai 111 ribu hektare dan berpotensi bertambah di periode November–Desember, di mana sejumlah kecamatan penyumbang produksi tertinggi termasuk Naringgul dan Cidaun yang memiliki lahan sawah lebih dari 4.000 hektare.
Kecamatan lain dengan luas sawah di atas 3.000 hektare antara lain Kecamatan Cibeber, Karangtengah, Pagelaran, Agrabinta, Kadupandak, dan Sukaresmi, di mana kenaikan produksi dipengaruhi bertambahnya luas tanam dari 158 ribu hektare di 2024 menjadi 166 ribu hektare pada 2025.
"Cuaca kemarau basah serta perbaikan infrastruktur irigasi turut mendukung kenaikan luas tanam dan potensi panen di sejumlah kecamatan yang menjadi lumbung padi Cianjur," katanya.
Seiring meningkatnya hasil produksi pertanian di sejumlah wilayah membuat pihaknya memberikan perhatian khusus terutama di Kecamatan Pagelaran, Cidaun, Sindangbarang, Agrabinta, dan Naringgul dengan memperkuat fasilitas dan infrastruktur pertanian untuk akselerasi produksi, kata Dandan.
Ia mengatakan, sepanjang tahun 2020–2024 Kabupaten Cianjur menjadi produsen padi terbesar keempat di Jawa Barat setelah Indramayu, Karawang, dan Subang dengan tingkat surplus stabil 19–20 persen, dimana hal tersebut dilanjutkan pada tahun 2026.
"Terlebih saat ini tingkat konsumsi masyarakat tidak mengalami lonjakan signifikan, sehingga penambahan penduduk sekitar 30 ribu jiwa hanya menambah kebutuhan beras sekitar 23 ribu ton dalam satu tahun," katanya.