SPPG Polri terapkan standar keamanan pangan untuk program MBG

Update: 2025-10-24 10:00 GMT

Petugas mengangkut paket Makan Bergizi Gratis di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polda Kepri, Batam, Kepulauan Riau, Senin (25/8/2025). Peluncuran operasional SPPG Polri tersebut bertujuan untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa.

 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri menerapkan standar food safety atau keamanan pangan dalam pembuatan makanan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Sebagai bentuk dukungan terhadap program MBG yang dicanangkan pemerintah, Polri telah membangun SPPG Polri yang menerapkan SOP yang menjadi pedoman baku, mulai dari penyediaan bahan baku, pengolahan, hingga pendistribusian makanan bergizi kepada penerima manfaat," kata Kepala Satgas MBG Polri Inspektur Jenderal Polisi Nurworo Danang di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, penerapan standar keamanan pangan ini menunjukkan komitmen Polri dalam memastikan setiap proses berjalan aman, higienis, dan ramah lingkungan, sesuai standar nasional keamanan pangan. Nurworo menerangkan standar operasional prosedur (SOP) SPPG Polri dimulai dengan prosedur kedatangan personel.

Seluruh karyawan dan relawan wajib memasuki area produksi melalui pintu khusus, mengganti alas kaki, menyimpan barang di loker, mencuci tangan, dan mengenakan alat pelindung diri lengkap.

"Langkah ini menjadi wujud disiplin dan kepatuhan Polri terhadap prinsip kebersihan dan keselamatan kerja," katanya.

Tahapan berikutnya adalah saat penerimaan bahan baku. Bahan pangan yang datang diperiksa petugas quality control dan ahli gizi Polri untuk memastikan kuantitas, kualitas, kesegaran, dan suhu penyimpanan. Apabila bahan tidak memenuhi standar, segera dipisahkan dan dilaporkan. Untuk bahan yang lolos, akan disimpan di gudang pendingin, kering, atau basah yang sesuai dengan kategorinya.

Nurworo melanjutkan dalam proses persiapan bahan makanan, personel dan relawan memproses bahan nabati dan hewani di area terpisah agar tidak terjadi kontaminasi silang.

"Semua alat masak dan peralatan dipastikan dalam kondisi bersih, kering, dan steril di bawah pengawasan petugas quality control dan ahli gizi Polri," ucapnya.

Adapun dalam proses pengolahan makanan, bahan makanan dimasak dengan standar suhu minimal 74 derajat Celsius agar matang sempurna dan aman dikonsumsi.

"Sesuai ketentuan SOP SPPG Polri, makanan harus diolah dan disajikan maksimal empat jam sebelum waktu konsumsi untuk menjaga mutu gizi dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme berbahaya," jelas Nurworo.

Selama waktu tunggu, kata dia, makanan disimpan dalam kondisi tertutup dan terjaga suhunya agar tetap aman. Sebelum makanan dinyatakan siap saji, dilakukan pemeriksaan organoleptik oleh ahli gizi Polri untuk menilai warna, aroma, rasa, dan tekstur makanan, memastikan cita rasa dan mutu gizi tetap konsisten.

Selain itu, untuk menjamin keamanan pangan, SPPG Polri menerapkan standar keamanan pangan ketat yang diawasi langsung Dokkes Polri.

Pemeriksaan dilakukan melalui rapid test pangan terhadap kandungan nitrit, sianida, arsen dan formalin, pengujian mikrobiologi, dan uji kimia untuk mendeteksi cemaran bakteri seperti E. Coli dan salmonela, serta memastikan tidak ada bahan kimia berbahaya.

"Dari setiap menu, diambil sampel 100 gram, dilabeli dan disimpan selama 24 jam sebagai arsip keamanan pangan Polri," papar Nurworo.

Kemudian, dalam tahapan pengemasan dan distribusi, makanan dikemas dalam wadah food grade kedap udara, diberi label identitas, lalu dimuat ke kendaraan logistik tertutup milik Polri. Setibanya di lokasi, petugas menyerahkan makanan melalui berita acara serah terima (BAST) untuk memastikan setiap penerima mendapatkan jatah sesuai daftar resmi.

Setelah makanan dikonsumsi, tim SPPG Polri akan mengelola ompreng dan sisa makanan. Peralatan makan dikembalikan, dipilah, ditimbang. Kemudian, peralatan dicuci dan sisterilisasi berlapis menggunakan air panas, sabun food grade, disinfektan aman pangan, dan oven suhu tinggi untuk membunuh mikroorganisme patogen.

Usai dicuci, peralatan dikeringkan menggunakan food tray. Peralatan yang telah steril disimpan di ruang bersih tertutup hingga siap digunakan kembali. Nurworo menambahkan sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan, SPPG Polri juga menggunakan sistem biotank modern untuk mengolah limbah organik dan cair sebelum dibuang.

Langkah ini menjadi komitmen Polri dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi pencemaran, dan menjalankan prinsip dapur sehat berkelanjutan. Selain pengawasan internal harian, SPPG Polri juga melakukan evaluasi pasca distribusi.

Setelah makanan dikonsumsi, disiapkan daftar evaluasi harian untuk menanyakan kondisi makanan, tingkat kepuasan, serta harapan siswa-siswa penerima manfaat.

"Masukan ini menjadi dasar perbaikan berkelanjutan agar pelayanan gizi Polri semakin baik dan tepat sasaran. Sebagai bentuk peningkatan kualitas nasional, Polri saat ini sedang mengajukan Sertifikat Higienis Nasional bagi seluruh satuan pelayanan gizi," katanya.

Dia menyebut sertifikasi ini menjadi bukti nyata komitmen Polri untuk memenuhi standar tertinggi dalam keamanan pangan, higiene personel, sanitasi dapur, dan pengendalian limbah.

Tags:    

Similar News