Sumsel bersiap hadapi La Niña, BMKG ingatkan risiko genangan di lahan Pertanian
Program Apa Kabar Palembang tayang di Radio Elshinta Palembang, Senin (17/11/2025), menghadirkan pembahasan khusus mengenai potensi cuaca ekstrem akibat fenomena La Niña 2025–2026
Program Apa Kabar Palembang yang tayang di Radio Elshinta Palembang, Senin (17/11/2025), menghadirkan pembahasan khusus mengenai potensi cuaca ekstrem akibat fenomena La Niña 2025–2026. Siaran yang dipandu Anchor Putra Anwar tersebut turut disiarkan langsung melalui Instagram @ElshintaPalembang dengan fokus pada kewaspadaan iklim serta dampaknya terhadap sektor pertanian di Sumatera Selatan.
Hadir sebagai narasumber Koordinator BMKG Sumsel Dr. Wandayantolis, Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Ahmad Wazri, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Pangan Eka Fitriani, serta Penanggung Jawab Brigade Proteksi Tanaman Wilayah I, Sulist. Mereka memaparkan potensi peningkatan curah hujan serta langkah mitigasi yang tengah disiapkan pemerintah daerah.
Dalam siaran tersebut, melalui sambungan telefon, Dr. Wandayantolis menjelaskan bahwa La Niña terjadi akibat pergerakan massa uap air dari Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia. “Dampaknya, curah hujan bisa meningkat sekitar 20 sampai 40 persen di atas normal,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa meski intensitasnya diprediksi lemah, puncak musim hujan diperkirakan berlangsung pada November–Desember 2025 hingga Februari 2026. “Kita tetap harus waspada karena beberapa sentra pertanian berpotensi mengalami genangan,” jelasnya.
Sementara itu, Ahmad Wazri menegaskan sebagian besar lahan sawah di Sumsel berupa rawa pasang surut dan lebak sehingga relatif aman untuk budidaya padi. “Lahan kita sebenarnya cukup adaptif terhadap curah hujan tinggi, namun tetap perlu antisipasi,” kata Wazri.
Ia menyebut pemerintah mendorong percepatan pola tanam, normalisasi saluran irigasi, dan penguatan tanggul untuk meminimalkan risiko. “Program cetak sawah dan optimasi lahan sudah berjalan di 11 kabupaten dengan target 150 ribu hektar. Saat ini baru sekitar 50 ribu hektar yang terealisasi,” imbuhnya.
Di sisi lain, Eka Fitriani mengungkapkan bahwa UPTD Perlindungan Tanaman Pangan melakukan gerakan normalisasi persawahan secara serentak. “Kami membersihkan saluran air, gulma, dan menurunkan genangan agar hujan lebat tidak merusak tanaman,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Sulist, Penanggung Jawab Brigade Proteksi Tanaman Wilayah I. “Petani harus rutin memantau prakiraan cuaca dari BMKG. Itu penting untuk menyesuaikan jadwal tanam, panen, serta penggunaan varietas yang lebih tahan terhadap curah hujan tinggi,” katanya.
Program ini menjadi bentuk dukungan Radio Elshinta Palembang dalam memperkuat edukasi publik terkait ketahanan pangan. Sinergi antarinstansi diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan petani Sumatera Selatan menghadapi La Niña, mengurangi potensi kerugian, dan menjaga agar produksi padi tetap optimal hingga musim panen mendatang.
Penulis: Era/Gusti/Ter