Tekan angka penularan HIV/AIDS, KPA Kota Bandung dekati komunitas dan kelompok

Update: 2025-11-12 23:09 GMT

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memimpin dan mengarahkan rapat koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS (P2HIV) tingkat Kota Bandung, Rabu (12/11/2025). 

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memimpin dan mengarahkan rapat koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS (P2HIV) tingkat Kota Bandung di Horison Ultima Hotel, Kota Bandung, Rabu (12/11/2025).

Acara dihadiri oleh seluruh jajaran tim ahli kelompok kerja Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, organisasi masyarakat dan LSM. Dijelaskan, rapat ini diselenggarakan sebagai upaya Pemkot Bandung meningkatkan kolaborasi dan strategi dalam menurunkan angka penularan HIV/AIDS di Kota Bandung.

Wakil Ketua KPA, Asep Cucu Cahyadi, menyatakan bahwa kegiatan ini didasari oleh data yang menunjukkan bahwa Kota Bandung menempati posisi tertinggi dalam angka penularan penyakit HIV/AIDS mencapai 9.776 kasus hingga Maret 2025.

“Hampir semua stakeholder, komunitas, dan organisasi masyarakat aktif berpartisipasi dalam penanggulangan ini. Jadi tidak perlu khawatir meskipun tertinggi,” ujarnya.

Selain itu, Farhan ditunjuk sebagai Ketua KPA Kota Bandung bersama dengan Anggota Komisi IV DPRD Kota Bandung, Agung Firmansyah. Dia menyatakan bahwa pembentukan KPA berdasarkan dengan dasar hukum Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 443/KEP/4225-KESRA/2025. KPA akan bekerja sama dengan PMI dalam pergerakan Warga Peduli AIDS (WPA) untuk mencapai tujuan “Three Zero” di tahun 2030.

“Saya sangat mendorong KPA ini berkerja sama dengan PMI dalam mencapai tujuan Three Zero. Zero infeksi baru HIV, zero kematian karena AIDS, dan zero stigmatisasi”, ujar Farhan saat menyampaikan materi saat rapat koordinasi.

Lebih lanjut, Farhan menyampaikan bahwa KPA berpegang dalam 3 prinsip strategis yaitu penguatan kolaborasi antar sektor dan komunitas, kampanye edukasi yang masif, dan sistem pendampingan personal berbasis komunitas. Sebagaimana prinsip tersebut, KPA dibagi menjadi tujuh kelompok kerja (pokja) agar lebih mudah menjangkau masyarakat.

“Untuk menghancurkan paradigma gunung es dalam kasus HIV/AIDS tersebut maka pendekatannya tidak bisa formal lagi, harus mendekati komunitas dan kelompok,” imbuhnya.

Ada pun 7 pokja di KPA Kota Bandung, yakni pokja remaja, pokja pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, pokja pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual, pokja perawatan dan pengobatan, pokja HAM reduction, pokja TBHIV dan pokja pemberdayaan masyarakat.

Sementara itu pergerakan Warga Peduli AIDS (WPA) yang dijalankan oleh KPA telah terlaksana di 30 Kecamatan di Kota Bandung oleh pokja pemberdayaan masyarakat. Hasil sementara dari kegiatan ini menunjukkan bahwa masih banyak tantangan besar terhadap stigmatisasi HIV/AIDS.

“Dari stigmatisasi tersebut, banyak orang yang berisiko tidak mau melakukan pengobatan dan deteksi dini. Makanya kita lagi mendorong orang untuk menghilangkan stigmatisasi secara bersama-sama,” imbuh Farhan.

Farhan menyebutkan bahwa donor darah menjadi platform untuk melakukan edukasi pencegahan HIV/AIDS sejak dini. KPA akan mengadakan kegiatan donor darah dan screening kesehatan secara rutin di seluruh puskesmas yang dapat diikuti oleh seluruh warga Kota Bandung. (Aura/Nico/Ter)

Similar News