Warga DKI tak perlu terlalu khawatir soal mikroplastik di air hujan

Update: 2025-10-24 12:20 GMT

Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova (kedua dari kanan) dalam kegiatan temu media terkait isu mikroplastik di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10/2025). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova meminta warga Jakarta tak perlu terlalu khawatir tentang kandungan mikroplastik di air hujan asalkan menerapkan gaya hidup sehat.

"Karena gaya hidup sehat memang berdasarkan dari berbagai macam penelitian, itu akan mempercepat kemungkinan polutan keluar dari dalam tubuh," kata dia di Jakarta, Jumat.

Gaya hidup sehat ini, kata Reza, termasuk konsumsi buah dan sayur sesuai kebutuhan tubuh secara rutin. Konsumsi sumber serat tersebut akan meningkatkan kemungkinan keluarnya polutan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini diamini Ketua Sub Kelompok Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rahmat Aji Pramono.

Dia juga menyarankan warga tak khawatir dengan temuan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta. Selain menerapkan gaya hidup sehat untuk menjaga kekebalan tubuh, dia juga meminta warga rutin memantau kualitas udara sebelum keluar rumah.

Warga Jakarta bisa memantau antara lain melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI) atau laman udara.jakarta.go.id.

"Saat musim kemarau, polusi lagi tinggi, kalau bisa keluar pakai masker. Kita bisa memantau kondisi udara seperti apa, PM 2,5-nya lebih tinggi atau tidak karena di dalam PM 2,5 ada mikroplastiknya," kata Rahmat.

Lalu, selain mengenakan masker, Rahmat juga menyarankan warga rutin membersihkan debu di dalam rumah, karena ini juga bisa mencegah terpapar mikroplastik dari dalam rumah. Sebelumnya, hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menemukan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Ibu Kota sejak penelitian ini mulai dilaksanakan tahun 2018.

Temuan ini menunjukkan bahwa polusi plastik kini telah menjangkau atmosfer dan memerlukan langkah penanganan yang ilmiah, terukur dan kolaboratif.

Tags:    

Similar News