Harga emas bisa menguat tajam jika bank sentral lanjut pangkas bunga

PT Hartadinata Abadi Tbk, melalui HRTA Gold Insights, memperkirakan harga emas berpotensi kembali terdorong ke level yang lebih tinggi apabila Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melanjutkan penurunan suku bunga.

Update: 2025-10-06 12:40 GMT

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

PT Hartadinata Abadi Tbk, melalui HRTA Gold Insights, memperkirakan harga emas berpotensi kembali terdorong ke level yang lebih tinggi apabila Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melanjutkan penurunan suku bunga.

Direktur Investor Relations HRTA Thendra Crisnanda, melalui keterangannya di Jakarta, Senin, menilai bahwa tren pasar emas akan terus memberi peluang bagi investor dan konsumen.

"Kebijakan moneter global, pelemahan mata uang, dan tingginya pembelian emas oleh bank sentral menjadi katalis utama. Di sisi domestik, pelemahan rupiah semakin memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai, sehingga kami melihat momentum pertumbuhan yang kuat hingga akhir tahun," kata Thendra.

HRTA melihat pasar akan menantikan sejumlah agenda penting. Pertemuan The Fed pada akhir Oktober atau awal November berpotensi membuka ruang penurunan suku bunga lebih lanjut apabila data ekonomi Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan perlambatan.

Sementara itu, BI juga akan menggelar rapat pertengahan Oktober dengan opsi menjaga stabilitas rupiah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebagai informasi, harga emas dunia hingga September 2025 kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan menembus lebih dari 3.800 dolar AS per troy ounce. Rata-rata harga emas pada September 2025 berada di level 3.663 dolar AS per troy ounce atau setara Rp1.945.864 per gram.

Dibandingkan tahun lalu, harga emas dalam dolar AS meningkat 39,31 persen year on year (yoy), sementara dalam rupiah melonjak lebih tinggi hingga 51,69 persen yoy akibat pelemahan kurs. Secara bulanan, harga emas lokal pada September telah meningkat sebesar 10,42 persen month to month (mom).

Kenaikan tajam harga emas ini, catat HRTA, dipicu oleh sejumlah faktor global. Kebijakan The Fed yang lebih dovish dengan penurunan suku bunga 25 bps, pelemahan dolar AS di sebagian besar negara, serta tensi geopolitik dan perang dagang yang berkelanjutan mendorong investor global memilih emas sebagai aset lindung nilai.

Di sisi lain, bank sentral dunia pun terus meningkatkan cadangan emas dengan pembelian lebih dari 1.000 ton per tahun sejak 2022.

Dari dalam negeri, BI turut memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,75 persen pada September yang semakin memperkuat daya tarik emas.

Namun, langkah ini juga menekan rupiah yang sempat melemah hingga Rp16.970 per dolar AS dan rata-rata bergerak di level Rp16.500-16.600 per dolar AS sepanjang bulan. Kondisi tersebut membuat permintaan emas domestik meningkat signifikan.

Data World Gold Council mencatat, permintaan emas di Indonesia pada paruh pertama 2025 tumbuh 20,87 persen yoy menjadi 21,2 ton, didominasi permintaan emas batangan.

HRTA sendiri berhasil mencatat penjualan 8,1 ton emas batangan pada periode yang sama, melonjak 76,86 persen dari tahun sebelumnya.

“Momentum harga emas dunia menjadi pengingat bahwa emas adalah aset yang paling tahan terhadap gejolak global,” kata Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto.

Sandra menambahkan, hal ini memperkuat visi bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang keluarga Indonesia.

Adapun per 6 Oktober 2025 pukul 08.41 WIB, harga HRTA Gold tercatat sebesar Rp2.217.000 per gram.

“Melalui produk HRTA Gold, kami ingin emas hadir bukan sekadar simbol kemewahan, melainkan aset yang inklusif, relevan dengan gaya hidup, sekaligus menjadi warisan bernilai bagi generasi berikutnya,” kata Sandra.

Tags:    

Similar News