Arsul Sani mengaku dikuatkan ulama NU ditengah polemik ijazah palsu
Ditengah ramainya polemik yang mempersoalkan ijazah doktoralnya, kehidupan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arsul Sani tidak banyak berubah. Arsul tetap terbuka, baik secara sosial maupun di lingkungan kerja.
Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.
Ditengah ramainya polemik yang mempersoalkan ijazah doktoralnya, kehidupan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arsul Sani tidak banyak berubah. Arsul tetap terbuka, baik secara sosial maupun di lingkungan kerja.
Bahkan, ketika banyak pihak menyebut kasusnya itu terkait dengan adanya pihak yang tidak senang karena putusan-putusan MK atau dirinya pribadi. "Saya tidak ada yang berubah dalam sehari-hari. Juga tidak menutup lingkungan sosial ataupun di MK," tandas Arsul Sani dengan senyum khasnya pada Senin (1/12).
Baginya, polemik ijazah ini cukup diambil hikmahnya saja, tanpa perlu berburuk sangka kepada siapapun. Arsul juga tak berpikir untuk membalasnya.
"Saya tetap ingin menjaga prasangka baik (husnuzan) kepada semuanya, dan tidak ingin menyusahkan diri dengan mencari-cari pihak yang mau menjatuhkan, apalagi membalasnya," lanjut Arsul dengan santai.
Sebagai orang yang dibesarkan di lingkungan Nahdliyyin, Arsul menganggap serangan seperti itu sebagai bagian dari cobaan hidup. Arsul bersyukur sejumlah ulama atau kiai NU turut menguatkan dirinya dengan mengajarkan doa dan wirid tertentu.
Menurutnya, sudah biasa dilingkungan NU jika ada seseorang tengah mendapatkan ujian atau memang punya hajat tertentu kemudian 'diijazahi' wirid dan doa tertentu.
"Saya bersyukur, ada Ulama atau Kiai NU yang turut menguatkan dan membesarkan hati saya agar tetap lapang, sehingga tidak down hati dan pikiran," lanjut Arsul menambahkan.
Para Kiai itu juga turut berpesan agar dirinya sebagai Hakim MK tetap berlaku adil dan tidak menyimpang dari kebenaran hukum. Selain para ulama, Arsul mengaku, ibunya turut menjadi pihak yang terus menguatkannya.
Beliau terus berpesan agar dirinya menerima segala ujian hidup dengan hati lapang, dan berserah pada Allah SWT. "Ibu saya masih ada, dan beliau yang paling utama menguatkan saya. Beliau berpesan agar semuanya diserahkan kepada Allah SWT," tutup Arsul.