BRIN: Penguatan sistem pengairan di IKN untuk atasi kelangkaan air

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laras Toersilawati mengusulkan kepada pemerintah untuk memperkuat sistem pengairan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) guna mencegah insiden kelangkaan air.

Update: 2025-10-02 10:40 GMT

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laras Toersilawati mengusulkan kepada pemerintah untuk memperkuat sistem pengairan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) guna mencegah insiden kelangkaan air.

"Penerapan Kota Spons (Sponge City) dengan cara mengelola air hujan secara alami, menyerap dalam tanah, dan memanfaatkan kembali," kata Laras dalam kegiatan Media Lounge Discussion yang digelar secara daring di Jakarta, Kamis.

Dalam upaya penerapan konsep Kota Spons, jelas Laras, pemerintah dapat membangun bendungan, sistem perpipaan baru, dan embung.

Di samping itu, ia juga mendorong adanya pembangunan hutan kota, serta melakukan konservasi lahan dengan reboisasi atau penanaman pohon pengganti karena alih lahan dari hutan industri eucalyptus menjadi lahan terbangun.

"Serta tak kalah penting melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menghemat dan tidak mencemari air. Ini bisa menjadi solusinya," ujarnya.

Laras mengungkapkan ketersediaan air di IKN menjadi penting, sebab kajian persentase ketersediaan air di wilayah IKN dan sekitarnya yang dilakukan olehnya pada periode Januari-Desember 2022 menunjukkan bahwa ketersediaan air tinggi/HW sebesar 0,51 persen, air vegetasi/VW 20,41 persen dan non-air/NW 79,08 persen.

Ia menyebut studi ini dilakukan dengan menggunakan citra Sentinel-2A yang dianalisis langsung dari Google Earth Engine (GEE) untuk menghitung tiga indeks spektral, yaitu Indeks Air Permukaan Tanah (LSWI), Indeks Perbedaan Vegetasi Ternormalisasi (NDVI), dan Indeks Perbedaan Air Ternormalisasi (NDWI).

Laras menjelaskan ketiga indeks ini digunakan sebagai prediktor dalam model Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST).

"JST atau ANN ini merupakan sistem pemrosesan informasi dengan karakteristik yang mirip dengan jaringan saraf biologis, yaitu jaringan saraf pada otak manusia. JST awalnya dirancang sebagai alat pengenalan pola dan analisis data, yang memiliki keunggulan dibandingkan metode statistik konvensional yang mengharuskan data berdistribusi normal," katanya menerangkan.

Lebih jauh, Laras mengungkapkan bahwa model yang dibuat mengikuti tahapan-tahapan dalam jaringan saraf tiruan, yaitu menentukan arsitektur jaringan saraf tiruan, meliputi lapisan masukan dan keluaran, penyiapan data sampel, pelatihan data sampel, dan pengujian data yang telah dan belum dilatih.

Menurutnya, dampak jika ketersediaan air di IKN tidak tercukupi, seperti pada perubahan iklim dan lingkungan sehingga dapat menyebabkan berkurangnya hujan (jumlah hari hujan dan curah hujan), serta adanya penurunan kualitas air (asam dan tercemar zat besi).

"Selain itu, bisa juga menimbulkan dampak sosial dan lingkungan pada peningkatan kebutuhan air, karena pendatang yang tertarik ke IKN bisa meningkatkan kebutuhan air bersih," tutur Laras Toersilawati.

Tags:    

Similar News