Kisah Noreka, Guru Sekolah Rakyat yang mengajar di Tanah Papua

Update: 2025-12-06 03:30 GMT

Noreka Elisabeth, guru Sekolah Rakyat asal Tangerang, memulai perjalanan baru ketika mendapat penugasan ke Jayapura pada Juli 2025. Penempatan itu membuatnya terkejut, namun ia memilih menjalankan tugas tersebut.

“Pengumuman awal Juli 2025 dini hari, tahu dari suami. Masya Allah penempatan di Jayapura. Sempat kaget karena tidak menyangka akan ditempatkan di ujung timur Indonesia,” kata Noreka saat ditemui di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 29 Kota Jayapura, Abepura.

Lulusan Jurusan Bahasa Indonesia UNS ini melanjutkan PPG di Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Banten. Setiap hari ia harus menempuh perjalanan empat jam, tetapi baginya itu bagian dari proses belajar menjadi pendidik.

“Jarak itu menurut saya bukan penghalang, tetapi kesempatan di sini tidak hanya mengajar. Di sini saya belajar bagaimana menjadi guru yang sesungguhnya,” ujarnya, dikutip dari keterangan tertulis.

Dukungan suami dan mertua membuatnya mantap menerima penugasan. Mertuanya, yang menggantikan peran ibunya yang telah wafat, turut membantu menjaga anaknya saat ia kuliah dan bertugas di Papua.

“Saya melihat visi dan misi sekolah ini sangat mulia. Itu yang menarik perhatian saya untuk mengambil kesempatan berkontribusi di dunia pendidikan melalui Sekolah Rakyat ini,” jelasnya.

Noreka cepat beradaptasi karena sambutan hangat pengelola sekolah dan para guru. Ia masih mengingat pertemuan pertamanya dengan Kepala Sekolah Yanet Berotabui.

“Pertama kali kita berjumpa itu langsung dipeluk, disambut dengan senyuman. Beliau sangat baik, sudah seperti orang tua kami di sini,” katanya.

Di Jayapura, ia juga mendapat kesempatan mengikuti pelatihan dan menjadi narasumber siniar Kemendikdasmen. “Allah itu tidak mungkin memberikan sesuatu yang menurut kita sedih. Padahal ada hikmah lain,” ujar Noreka.

Jarak dari keluarga ia atasi dengan komunikasi rutin. Pesan suaminya menjadi penguat. “Suami saya selalu menekankan agar menjalankan tugas untuk negeri ini, maka Allah yang akan menjaga anak kita,” tuturnya.

Hubungannya dengan siswa pun terbangun baik. Antusiasme dan sapaan hangat dari anak-anak menjadi pengalaman yang menurutnya berkesan. “Sesuatu yang sederhana, tapi menurut saya sangat berkesan dengan sapaan mereka,” ucapnya.

Aktivitas olahraga dan kegiatan sekolah lainnya juga mempererat interaksi dengan siswa. Situasi ini memberinya ruang untuk menerapkan ilmu yang pernah ia pelajari di PPG.

“Di sini tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga melihat kondisi lapangan, karakteristik peserta didik, dan lingkungan,” katanya.

Menurut Noreka, penugasannya ke Papua adalah kesempatan yang tidak ingin ia lewatkan.

“Memang sebegitunya saya mengusahakan cita-cita. Rasanya akan sangat menyesal kalau saya tidak mengambil kesempatan ini,” ungkapnya.

Penulis: Rizki Rian Saputra/Ter

Similar News