Nuanu Creative City gelar pameran seni internasional perdana di Bali
Pameran Art & Bali resmi dibuka hari ini sebagai pameran seni internasional pertama di Bali, mengubah Nuanu Creative City menjadi panggung besar bagi seni kontemporer.
Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.
Pameran Art & Bali resmi dibuka hari ini sebagai pameran seni internasional pertama di Bali, mengubah Nuanu Creative City menjadi panggung besar bagi seni kontemporer.
Dengan menghadirkan 17 galeri, lebih dari 150 seniman, dan lebih dari 50 program, Art & Bali menandai babak baru bagi Bali sebagai pusat budaya di Asia Tenggara—tempat warisan leluhur bertemu dengan masa depan digital.
Bagi Lev Kroll, CEO Nuanu Creative City mengatakan bahwa pameran ini merefleksikan jiwa dari Nuanu itu sendiri.
“Nuanu dibangun sebagai ruang di mana kreativitas menyatu dengan kehidupan sehari-hari, sekaligus membuktikan bahwa filosofi serta semangat Bali dapat menyapa dunia melalui seni dan budaya,” katanya Senin (22/9).
Mengangkat tema Bridging Dichotomies, Art & Bali 2025 merangkai pertemuan antara tradisi dan modernitas, alam dan teknologi, kreativitas manusia dan kecerdasan buatan.
Di Bali, warisan budaya bukan hanya peninggalan, tapi fondasi untuk membuka ruang dialog dan transformasi bagi dunia.
“Art & Bali bagi saya adalah upaya menanamkan percakapan global di tanah Bali. Ini adalah tentang memberi penghormatan pada tradisi yang membentuk kita, sekaligus membuka pintu bagi suara-suara baru dan pertemuan yang hanya tercipta ketika manusia benar-benar bertemu,” kata Kelsang Dolma, Director of Art & Bali seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono, Senin (22/9).
Pameran perdana ini menghadirkan galeri dan seniman dari Indonesia, Jepang, Korea, Singapura, hingga Spanyol. Mulai dari Santrian Art Gallery yang menyatukan tradisi Bali dengan semangat kontemporer, Asia Pacific Print Club yang mendorong seni cetak di kawasan Asia Pasifik, hingga Feb Gallery Tokyo yang dikenal dengan eksperimen lintas budaya.
Peserta lainnya termasuk Art Agenda, Bagia Art Space, CONNECT ART, Dalam Seniman, Kotak: Art Collective, LAKU Art Space, Lucy Dream Art, N-CAS ISI BALI, Purga Artspace, RUANG//, Spacecraft Gallery, Superlative Gallery, Umah Seni Shibumi, Waworuntu Gallery, dan Morabito Art Villa. Edisi perdana Art & Bali menampilkan Terra Nexus yang ikuratori oleh Mona Liem. Terra Nexus menghadirkan lebih dari 30 seniman dengan karya yang melintasi batas medium dari instalasi imersif hingga kolaborasi seniman digital dengan pemahat tradisional, menunjukkan pertemuan seni, ekologi, dan teknologi.
“Pameran ini merupakan perwujudan ekspresi holistik. Sebuah panggung di mana teknologi dan sains menari bersama seni untuk melahirkan inovasi yang berakar pada konteks budaya lokal,” kata Mona Liem, . Para seniman yang tampil di Terra Nexus antara lain Alodia Yap, Awang Behartawan, Budi Ubrux, Dadi Setiyadi, Dhanny "danot" Sanjaya, Dr. Justyna Gorowska, Goenawan Mohamad (GM), Heri Dono, Iroha Ozaki, Ivan Sagita, Jana Schafroth, MIVUBI, Mukhamad Aji Prasetyo, Nasirun, Notanlab, Nus Salomo.
Popomangun, Rakhmi Fitriani (Lunang Lembayung), Roger Ng Wei Lun, Satya Cipta, Sekar Puti Sidhiawati, Tulola Jewelry (by Sri Luce-Rusna, Happy Salma and Franka Makarim), Utami A. Ishii, Valerio Vincenzo, Widi Pangestu, Wisnu Ajitama, and Yessiow, along with the J+ Art Awards Selected Participants — Geddi Jaddi Membummi, I Made Teler, dan Susur Galur Collective.
Untuk pertama kalinya di Bali, publik bisa menyaksikan Trokomod, karya monumental setinggi 7,5 meter dari Heri Dono yang pernah dipamerkan di Venice Biennale 2015.
Perpaduan antara Trojan Horse dan komodo ini menghadirkan simbol suara Indonesia di panggung global. Kehadirannya di Nuanu semakin lengkap dengan pertunjukan site-specific dari kolektif Kitapoleng.