Sumpah Pemuda untuk Gen Z

Satu lukisan ukuran sedang, judulnya "The Power of Gen Z", seakan dilewati begitu saja oleh seorang pejabat saat berkeliling, setelah membuka pameran seni rupa bernama "Ruang Lingkup" di salah satu penginapan kecil kawasan Candi Borobudur.

Update: 2025-10-28 12:10 GMT

Sumber foto: Antara/elshinta.com.

Satu lukisan ukuran sedang, judulnya "The Power of Gen Z", seakan dilewati begitu saja oleh seorang pejabat saat berkeliling, setelah membuka pameran seni rupa bernama "Ruang Lingkup" di salah satu penginapan kecil kawasan Candi Borobudur.

Mungkin, karena letak karya itu di dinding pojok salah satu bangunan penginapan yang digarap menjadi ruang pameran bersama, membuat lukisan tersebut lepas dari pandangan khusus pejabat daerah setempat, ketika meninjau karya demi karya.

Pejabat itu, Wakil Bupati Magelang Sahid. Ketika meninjau lukisan-lukisan yang dipamerkan, ia didampingi sejumlah pelukis yang juga bagian panitia pengurus pameran selama 25 Oktober-25 November 2025 itu. Setidaknya 45 lukisan karya 24 seniman kelompok "Sanga Nusa" dipajang dalam ajang pameran di satu homestay Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Budayawan yang juga Presiden Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Sutanto Mendut hadir juga dengan menyampaikan pesan kebudayaan, antara lain tentang pentingnya pemangku kekuasaan menggunakan kesempatan terbaik kepemimpinannya untuk "menggetarkan" jagat kebudayaan, sebagai jejak kebudayaan daerah.

Begitu pula Wabup Sahid, tampil elegan membacakan pidato tertulis Bupati Magelang Grengseng Pamuji, antara lain berkaitan dengan komitmen pemerintah mendorong perhatian yang baik terhadap kebudayaan lokal dan aktivitas berkarya para seniman setempat.

Pemilik karya "The Power of Gen Z" (Kekuatan Generasi Z), Subki, tidak hadir pada pembukaan pameran, Sabtu (25/10) sore, atau tiga hari menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2025. Nama lengkapnya sebagai seniman, Subki Smart. Smart akronim Subki Mural Art.

Kawannya sesama pelukis, Yustinus Agus, memberi tahu bahwa seniman berbasis mural itu sedang memenuhi keperluan di Jakarta. Akan tetapi, karya tersebut mengemban pesan tentang salah satu karakter Gen Z sebagai kekuatan bagi suatu gerakan perubahan. Lukisan itu, dikatakan secara normatif oleh Agus, hendak mengungkap bahwa Gen Z adalah pemimpin masa depan, pengganti tampuk kepimpinan era sekarang.

Dengan cat minyak di atas kanvas 60x80 sentimeter, pelukis menorehkan sosok anak muda bercelana pendek dan tak berbaju, dengan bagian kepala berpenutup serupa kepala kucing. Ia dilukiskan bertimpuh dengan tangan kiri memegang benda mirip pistol lantakan mengarah kepada simbol mahkota berkaki potongan gunting. Mahkota dilukiskan di sebelah kiri sosok Gen Z. Dominasi warna kuning terkesan keemasan mewarnai latar belakang karya itu.

Mesin pencarian, menghadirkan keterangan bahwa Gen (Generasi) Z sebagai mereka yang lahir pada era 1997-2012. Mereka menjalani tumbuh kembang dan pergaulan dalam era serba digital, sehingga melek dengan kemajuan pesat dunia teknologi informatika tersebut.

Lanskap jagat mereka bukan sebatas segala kasat mata dan terendus pancaindra, atau dikotomi profan dan sakral, namun lanskap mereka juga bertumpang-tindih dengan dunia imajinasi, jagat virtual dan animasi dalam dunia maya.

Bisa dimengerti, kalau kalangan sebelumnya, apalagi Generasi Baby Boomer (1946-1964) dan Generasi (Gen) X (1965-1980), mesti berusaha keras memahami ihwal dilayangkan dan disuarakan Gen Z. Keriuhan soal kemunculan manga "One Piece" (Bajak Laut Topi Jerami) pada pertengahan Agustus lalu, setidaknya bukti salah satu kesalahpahaman tersebut.

Begitu pula dengan "17+8 Tuntutan Rakyat", tentang reformasi kelembagaan dan kaitan dengan masalah sosial-ekonomi, saat peristiwa dikenal sebagai "Prahara Agustus 2025", pada akhirnya mendapatkan perhatian serius jajaran pemegang tampuk pemerintahan untuk seakan pergi retret, lalu berlanjut membenahi pengurusan negara agar menjadi lebih mantap.

Peranan Gen Z melalui penguasaan berselancar di media sosial berpengaruh signifikan menyeimbangi kekuatan mereka di lapangan unjuk rasa di berbagai kota di Indonesia pada akhir Agustus lalu. Kabarnya, di sejumlah negara lain, bergerak pula peristiwa serupa untuk suatu perbaikan keadaan mereka, karena getaran Gen Z Indonesia atas kecintaan terhadap Bumi Pertiwi yang dibangun dengan salah satu fondasi, berupa semangat Sumpah Pemuda.

Terjadinya perombakan kabinet, komitmen reformasi Polri dan penarikan sejumlah anggota legislatif, tampaknya bagian dari respons cepat penguasa atas tuntutan rakyat tersebut, untuk "menggetarkan" langkah panjang yang bahkan mungkin visioner pemerintahan.

Dalam pameran lukisan "Ruang Lingkup", penulis kebudayaan dari Magelang, Novo Indarto, menyematkan pula keluasan dunia Gen Z tidak sekadar dalam ruang yang selalu disandingkan dengan lingkup.

"Ruang selalu disandingkan dengan lingkup, padahal di seberang batas tidak ada batas," tulis dia, dalam katalog pameran itu.

Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2028 menjadi bukti betapa getaran kuatnya yang panjang turut mengantarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia tercapai 17 tahun kemudian. Ikrar mereka bertanah air, berbangsa, dan berbahasa Indonesia itu, secara signifikan melumerkan batas-batas primordial dan kedaerahan, menjadi konstruksi semangat persatuan bangsa.

Semangat pemuda yang hidup pada zaman berat, dengan dunia bergerak cepat, saat ini, oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir dikatakan tetap sama dengan mereka pada era perjuangan bangsa menuju kemerdekaan, yakni Indonesia harus berdiri tegak dan tidak boleh kalah menghadapi berbagai tantangan.

Mau tidak mau, harus diakui bahwa kekuatan bangsa berada di pundak pemuda yang jujur, tangguh, dan berani. Indonesia membutuhkan pemuda patriotik, gigih, dan empati yang mencintai tanah air dengan tindakan nyata, yang tetap berdiri ketika badai datang.

"Itulah kekuatan bangsa kita," kata dia, dalam pidato Hari Sumpah Pemuda tahun ini yang bisa diunduh dari laman kementeriannya.

Gelora kekuatan persatuan itu pula yang kiranya tetap ditegakkan Gen Z Indonesia, saat ini, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkerja keras, serta jujur, untuk Indonesia Emas 2045 terwujud.

Meskipun dipajang di pojok ruang pameran bersama "Ruang Lingkup", karya "The Power of Gen Z" seakan malah menjadi bersuara sedemikian lantang.

Pesan dikumandangkan "The Power of Gen Z", sebagaimana corong suara melantangkan seruan dari ujung lingkaran terkecil, melintasi lingkaran terbesarnya untuk kemudian menyeruak melewati batas-batas ruang lingkup. Generasi melek teknologi itu, hendak mengatakan secara lantang bahwa mahkota masa depan itu, milik mereka.

Tags:    

Similar News