Dari Uganda menuntut ilmu di UGM sekaligus belajar silat

Update: 2025-09-08 07:00 GMT

Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com.

Wajah Irakiza Gideon tampak berkeringat. Bercelana hitam dan berbaju hitam, di tubuhnya melekat erat body protector warna biru. Pemuda asal Uganda ini memasuki arena. Ia siap bertarung mengadu ilmu pencak silat di Walisongo International Pencak Silat PSHT Championship di GOR Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Minggu (7/9/202).

Gideon harus menghadapi Ilham Fajar Shodiq, pesilat dari PSHT PLAB Kendal di Kelas E Putra Dewasa. Pesilat di sudut merah ini jauh memiliki pengalaman bertanding dibandingkan Gideon.

Adu otot dan strategi pun terjadi. Sosok Gideon yang berkulit hitam legam, menjadikan ia satu-satu pesilat luar negeri yang turun di arena itu sehingga menjadi pusat perhatian.

"Saya baru bergabung latihan di sejak November 2024 lalu. Selain berlajar di Fakultas Teknik Pertanian UGM, sekalian saya juga belajar budaya asli Indonesia; pencak silat. Ternyata menarik," katanya.

Apakah hasil berlatihnya mampu diungkapkan semua dalam pertarungan. Di sini Gideon yang baru pertama kali berlaga di arena pencak silat masih harus menambah jam terbang lebih banyak.

Ilham yang lebih berpengalaman terlihat tenang menanti serangan Gideon yang mengandalkan teknik pukulan. Tendangan Ilham justru lebih sering menerpa badan pemuda Uganda ini. Bahkan upaya Gideon menendang lawannya justru dinanti untuk ditangkap kakinya dan dijatuhkan oleh Ilham. Pesilat asal Kendal ini yang meraih emas. Gideon harus puas membawa pulang perak.

"Saya menikmati pertandingan ini. Pengalaman pertama," tuturnya sembari memeriksakan bahu kirinya yang sakit ke tim medis pertandingan.

Kejuaraan yang digelar pada 5-7 September 2025 ini diikuti oleh 698 pesilat mulai dari kelompok umur usia dini (SD), pra remaja (SMP), remaja (SMA), hingga dewasa (mahasiswa/umum).

Pertandingan digelar secara offline untuk nomor laga, dan offline serta online untuk nomor seni. Khusus untuk nomor seni tunggal putra diikuti diikuti oleh pesilat dari Thailand, Singapura, dan Jepang secara online.

"Kejuaraan yang bersifat internasional itu pertama kali kami gelar pada 2021 saat pandemi Covid secara online. Pada tahun ini adalah yang kedua kali, namun kami padukan offline untuk pesilat di Indonesia dan online bagi pesilat yang di luar negeri," kata Hadi Susilo, Ketua Panitia.

Sementara itu Mohammad Ulil Albab, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa PSHT UIN Walisongo yang menjadi tuan rumah kejuaraan itu mengakui perlu pesiapan hampir tiga bulan untuk menggelar kejuaraan tersebut.

"Kami menjadi panitia dan juga mempersiapkan 32 atlet turun di arena. Bersyukur kami mampu menjadi juara umum untuk tingkat dewasa. Saingan berat kami dari Universitas Sebelas Maret Surakarta," kata Ulil seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Senin (8/9).

Secara keseluruhan tim dari PSHT Kota Semarang yang berjaya di kelompok Usia Dini, Pra Remaja, dan Remaja menjadi Juara Umum I dengan meraup 67 medali emas, 53 perak, dan 27 perunggu. Di posisi kedua diduduki ASHTER Kendal dengan 37 emas, 36 perak, dan 40 perunggu. Peringkat tiga berada di tim Pesilat Junior dengan 19 emas, 14 perak, dan 1 perunggu.

Pesilat terbaik usia dini putra/putri adalah Agam Fabrizio Lazuardi dari Pesilat Junior dan Alesha Rahma Azzahra dari Sasana Terate DIY. Pesilat terbaik pra remaja putra/putri adalah Amar Arkana Dimitry (PSHT Kota Semarang) dan Feza Nur Hilda Nirmala (SMPN 2 Weleri).

Pesilat terbaik remaja putra/putri diraih oleh Alwigi Itsnaini Khamsi (PSHT Kota Semarang) dan Adinda Oktavia Puteri Cahyani (PSHT Banjarnegara). Pesilat terbaik dewasa putra/putri berada di tangann Rizky Ma'arif (UNS) dan Wiji Nur Mudah (PSHT PLAB Kendal). 

Tags:    

Similar News