Angelina Sondakh ceritakan pengalaman pahit jadi koruptor di film Jembatan Shiratal Mustaqim
Jembatan Shiratal Mustaqim sebuah film bernafaskan horor agama. Angelina Sondakh ceritakan perjalanan hidupnya sebagai koruptor dengan hukuman 12 tahun penjara.
Angelina Sondakh ceritakan perjalanan hidupnya sebagai koruptor dengan hukuman 12 tahun penjara. (foto: ist)
Jembatan Shiratal Mustaqim sebuah film bernafaskan horor agama yang akan bersaing dengan deretan film horor murni di Tanah Air. Angelina Sondakh artis yang juga mantan Dewan Perwakilan Rakyat menceritakan perjalanan hidupnya sebagai koruptor dengan hukuman 12 tahun penjara.
Angelina sendiri memberikan tanggapan emosional setelah menyaksikan trailer. “Jujur, menonton trailer ini membuat saya merinding. Saya pernah merasakan pahitnya kesalahan di dunia, dan film ini mengingatkan bahwa di akhirat pertanggungjawaban itu jauh lebih berat. Saya berharap film ini bisa jadi pengingat bagi semua orang, termasuk saya sendiri, untuk terus memperbaiki diri,” ujar Angelina Sondakh saat jumpa pers direaleasenya trailer film horor religi terbarunya berjudul Jembatan Shiratal Mustaqim, Kamis (18/9/2025) di Epicentrum, Jakarta.
Kehadiran Angelina di acara ini sekaligus menjadi simbol perjalanan refleksi bahwa setiap orang punya masa lalu, dan setiap dosa pasti akan ditagih di akhirat.
Jumpa pers ini juga dihadiri sederet pemainnya; Imelda Therinne, Raihan Khan, Agus Kuncoro, Mike Lucock, Rory Ashari dan Eduwart Manalu. Producer/CEO Dee Company, Dheeraj Kalwani, Sutradara Bounty Umbara, Penulis Alphadullah.
Agus Kuncoro yang kebagian pemeran Alim mengatakan untuk karakter yang dibidaninya, diri mengambil contoh dari para pejabat, penguasa yang rakus.
"Jadi, buat aku gampang sekali untuk mengambil contoh karakter para pejabat yang koruptor," jelas Agus Kuncoro.
Film ini, membuka mata tentang keadilan di akhirat. Film ini juga menjadi cermin dari kenyataan yang kita rasakan hari ini, ketika doa dan harapan rakyat sering dirampas oleh tangan-tangan koruptor.
Produser Dheeraj Kalwani menjelaskan bahwa ide film ini lahir dari keresahan melihat maraknya praktik korupsi di Indonesia.
“Korupsi merampas doa anak dan keluarga, hingga seseorang berjalan sendirian di Shiratal Mustaqim. Lewat film ini, penonton diajak untuk merefleksi bahwa amal saleh dan doa keluarga jauh lebih berharga daripada harta hasil korupsi,” ujar Dheeraj Kalwani. (Dd)