Kekuatan konten visual dalam menggerakkan ekonomi digital
Jika ingin membuktikan seberapa kuat konten visual berpengaruh dalam menggerakkan ekonomi digital, industri periklanan adalah wujud konkret.
Pinterest Advertiser Summit yang digelar di Jakarta oleh Aleph, mitra resmi Pinterest di Asia Pasifik beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-Pinterest)
Jika ingin membuktikan seberapa kuat konten visual berpengaruh dalam menggerakkan ekonomi digital, industri periklanan adalah wujud konkret.
Industri periklanan digital, bukan semata membuktikan bahwa konten visual bukan sekadar hiburan, melainkan motor penggerak ekonomi yang mendatangkan peluang kesejahteraan masyarakat.
Gambar dan video, kini menjadi pemicu keputusan konsumen, mengubah inspirasi menjadi transaksi, dan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing UMKM maupun merek nasional di pasar global.
Perubahan perilaku konsumen Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa kuat pengaruh konten visual dalam menentukan pilihan belanja.
Konsumen tidak lagi hanya mengandalkan deskripsi produk, melainkan melihat bagaimana sebuah produk ditampilkan, dikisahkan, dan dikaitkan dengan gaya hidup mereka.
Visual yang relevan, autentik, dan inspiratif terbukti mampu mempengaruhi persepsi, membangun niat, dan akhirnya mendorong pembelian.
Hal ini menjadikan visual sebagai bahasa universal yang langsung menyentuh perasaan dan imajinasi konsumen, sekaligus mempercepat proses pengambilan keputusan.
Fenomena ini, salah satunya dapat terlihat
dalam Pinterest Advertiser Summit yang digelar di Jakarta oleh Aleph, mitra resmi Pinterest di Asia Pasifik beberapa waktu lalu.
Pada ajang itu tersorot bagaimana platform pencarian visual memegang peran unik dalam proses perencanaan konsumen.
Managing Director for Channel Sales Pinterest, Martin Machinandiarena, menegaskan bahwa perilaku pengguna platformnya datang dengan tujuan jelas, yakni mencari inspirasi, menyimpan ide, dan kemudian mewujudkannya dalam pembelian.
Perilaku yang terarah ini menjadi peluang besar bagi merek atau brand lokal dari Indonesia untuk hadir tepat pada momen ketika konsumen sedang merencanakan dan membuat keputusan.
Martin mencatat bahwa lebih dari 80 persen dari setengah miliar penggunanya berada di luar Amerika Utara, menunjukkan momentum internasional yang kuat.
Pasar potensial
Indonesia, termasuk dalam pasar potensial dengan tingkat keterlibatan yang tinggi. Konsumen di Indonesia tidak hanya aktif mencari inspirasi, tetapi juga cepat mengonversi ide menjadi tindakan nyata.
Dengan populasi digital yang besar, ditambah karakter masyarakat yang kreatif dan responsif terhadap visual, peluang ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi digital Indonesia.
Dalam pertemuan ini juga diperkenalkan berbagai solusi iklan berbasis visual, seperti Standard Pins, iklan video, Collections, hingga Idea Ads.
Salah satu sorotan yang paling diperhatikan adalah Catalog Ads, yang memungkinkan merek menampilkan produk secara lebih terstruktur dan langsung terkoneksi dengan niat beli konsumen.
Martin juga sempat menyoroti tren Ramadhan di Indonesia yang pada tahun lalu mencatat lebih dari 8 juta pencarian.
Angka ini menunjukkan bagaimana konten visual berperan dalam momen budaya dan keagamaan, yang kemudian memicu lonjakan keputusan belanja.
Data tersebut menegaskan bahwa konten visual bukan hanya alat promosi, tetapi juga katalisator ekonomi yang berhubungan erat dengan ritme kehidupan masyarakat.
Amar Ibrahim, Country Lead Indonesia dan Malaysia dari Aleph, menegaskan komitmen untuk memberi akses bagi pengiklan lokal agar mampu menjangkau audiens dengan intensi tinggi.
Audiens seperti ini bukan hanya sekadar melihat, melainkan sudah berada pada tahap siap membeli.
Bagi Indonesia, hal ini menjadi kesempatan untuk memanfaatkan kekuatan visual secara lebih luas, baik untuk merek besar maupun UMKM. Dengan dukungan teknologi dan keahlian, pengiklan lokal bisa memastikan kampanye mereka tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga efektif secara ekonomi.
Hal yang menarik, peluang ini tidak hanya relevan bagi industri besar, melainkan juga UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Dengan kreativitas sederhana, namun tepat sasaran, pelaku UMKM dapat mengemas produk mereka secara visual, sehingga menarik minat konsumen.
Foto produk dengan estetika yang baik, video singkat yang menceritakan proses produksi, atau testimoni pelanggan dalam bentuk visual bisa menjadi strategi yang berdampak besar.
Bagi usaha kecil yang sering terkendala modal, pemanfaatan visual yang tepat bisa menjadi jalan pintas untuk menembus pasar yang lebih luas, bahkan internasional.
Identitas Budaya
Di sisi lain, konten visual juga membuka jalan bagi Indonesia untuk memperkuat identitas budaya dalam ekonomi digital. Narasi visual tentang batik, kuliner tradisional, atau kearifan lokal tidak hanya memberi nilai tambah bagi produk, tetapi juga membangun diferensiasi yang sulit ditiru.
Dengan cara ini, konten visual tidak hanya mendorong penjualan, tetapi juga berfungsi sebagai media diplomasi budaya yang memperkenalkan Indonesia kepada dunia.
Hal ini selaras dengan visi menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, untuk memaksimalkan peluang ini, Indonesia perlu memperkuat ekosistem pendukung. Pendidikan dan pelatihan dalam bidang kreatif digital menjadi penting agar generasi muda dapat menghasilkan konten visual yang kompetitif.
Pemerintah dapat berperan dengan menyediakan infrastruktur dan regulasi yang mendorong digitalisasi UMKM, termasuk memberi akses pelatihan pembuatan konten kreatif serta pendanaan yang mendukung inovasi.
Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas kreatif akan memastikan bahwa potensi konten visual benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal.
Selain itu, pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan menjadi langkah strategis berikutnya. Dengan teknologi ini, konten visual dapat dipersonalisasi sehingga lebih relevan bagi konsumen.
UMKM maupun perusahaan besar bisa memanfaatkan analisis tren untuk memahami preferensi konsumen, sehingga visual yang ditampilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar.
Jika pendekatan ini diintegrasikan, maka Indonesia tidak hanya menjadi pengguna platform global, tetapi juga pemain aktif yang mengembangkan strategi ekonomi digital berbasis visual.
Faktanya memang kekuatan konten visual tidak bisa dipandang sebelah mata, bukan hanya memperindah komunikasi, melainkan mengubah cara konsumen berpikir dan bertindak.
Bagi Indonesia, ini adalah peluang untuk menempatkan diri sebagai pusat kreativitas visual di kawasan, dengan memadukan teknologi global, budaya lokal, dan semangat inovasi.
Dengan langkah yang tepat, konten visual dapat menjadi motor penggerak ekonomi digital yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung ekonomi dunia.