Sentuhan cinta dari Rumah Kebugaran Difabel Pinilih, menjaga asa menumbuhkan optimisme

Suasana pagi menjelang siang yang cerah di Rumah Kebugaran Difabel (RKD) Pinilih terlihat cukup ramai oleh warga berkebutuhan khusus untuk menjalani perawatan dan pengobatan.

Update: 2025-09-23 11:50 GMT

Sumber foto: Izan Raharjo/elshinta.com.

Suasana pagi menjelang siang yang cerah di Rumah Kebugaran Difabel (RKD) Pinilih terlihat cukup ramai oleh warga berkebutuhan khusus untuk menjalani perawatan dan pengobatan. Dengan senyum dan sabar, petugas melayani setiap warga yang datang ke RKD Pinilih untuk mendapatkan perawatan yang diberikan secara gratis. Warga berkebutuhan khusus baik fisik maupun mental datang silih berganti, ada yang datang diantar oleh keluarganya, pendampingnya atau datang sendiri dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk kebutuhan disabilitas. Beberapa terlihat menggunakan alat bantu jalan untuk masuk ke RKD dengan dipandu petugas.


Pemandangan penuh toleransi di RKD Pinilih semakin menambah indahnya kebersamaan dikalangan warga yang saling menguatkan. Ada yang berbaju suster, ada yang berhijab, saling sapa merangkul satu sama lain.


Rumah Kebugaran Difabel Pinilih yang berlokasi di Jalan Bandut Kidul, Kalurahan Argorejo, Kapenawon Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut telah menjadi harapan bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan perawatan atau pengobatan secara cuma-cuma. RKD yang berdiri sejak tahun 2019 ini banyak memberikan harapan bagi para disabilitas untuk memperoleh perawatan kesehatan dengan akses layanan yang dipermudah.

Seorang Ibu yang mengalami keterbatasan fisik tidak bisa berjalan sejak lahir, Wagilah (54) terlihat sedang menjalani terapi disalah satu ruangan. Selain terapi pijat, petugas juga memeriksa bagian mata serta mulut dan gigi untuk memastikan kesehatanya. Usai menjalani terapinya, Wagilah keluar ruangan dengan menggunakan alat bantu berjalan yang dibantu petugas. Ia kemudian duduk disalah satu kursi yang telah disediakan. Selain mendapatkan pemeriksaan, pasien juga mendapatkan suguhan soto untuk sekedar santap siang hari itu. Sambil duduk, Wagilah dengan senyum ramah menceritakan pengalamanya, selama menjalani pengobatan di RKD Pinilih yang sudah rutin ia jalani.

Setelah menjalani terapi pijat di RKD ini, ia mengaku badanya jadi terasa lebih baik dan sehat. Untuk datang kesini, ia menceritakan sering dijemput oleh petugas. Tetapi kadang juga datang kesini dengan naik ojek dan ongkosnya diganti oleh petugas. Kemudahan-kemudahan seperti inilah yang membuatnya merasa senang untuk datang berobat.

"Di sini gak bayar, saya kalau kesini terapi pijat itu, setelah dipijat itu rasanya jadi lebih enak. Disini pelayanannya itu bagus, baik-baik," ujar Wagilah yang sehari-hari menjalani usaha membuat gorengan dirumah untuk dijualnya, Sabtu (13/09/2025).

Salah satu orang tua yang putranya mengalami Cerebral Palsy (CP), Ida Ayu Krisitiani Suci, mengatakan sering mengajak putranya ke Rumah Kebugaran Difabel Pinilih saat ada pelayanan fisioterapi khususnya untuk penderita CP. Ia berharap layanan fisioterapi khusus untuk CP dapat dilaksanakan secara rutin. Karena pelayanan fisioterapi bagi CP secara gratis ini sangat membantu. Ia berharap kedepanya ada peningkatan dari sisi SDM maupun dana operasional dan juga fasilitas kendaraan untuk penjemputan.

"Sebagai orang tua (dari anak penderita CP) yang jelas hari-harinya lebih sibuk, kami sudah ikhlas menerima, jadi ya enteng-enteng (ringan) saja. Disini kalau ada pelayanan fisioterapi saya ajak anak saya kesini. Disini pelayanan sudah bagus, tapi perlu untuk pendanaan dan peningkatan SDM," ujar Dayu panggilan untuk Ibu yang juga menjadi pengurus di RKD Pinilih ini.

Relawan pendamping, Tintin Kartikasari (44) mengungkapkan suka dukanya menjadi pendamping pasien di RKD Pinilih. Tintin yang telah menjadi pendamping sejak awal berdiri tahun 2019 silam mengaku lebih banyak sukanya dibanding dukanya. Menurutnya, hikmah yang bisa diambil sebagai pendamping di RKD Pinilih adalah menjadi lebih banyak bersyukur. Karena ditempat ini, ia sering melihat bagaimana perjuangan mereka untuk bisa sembuh dengan keterbatasan yang dimilikinya.

“Saya dari awal itu belajar seperti belajar bahasa isyarat, belajar agar bisa berkomunikasi baik dengan mereka, yang jelas itu harus dari hati,” katanya.

Awal menjadi pendamping diakui kesulitan karena harus bisa meyakinkan mereka dan yang paling utama justru dari orangtua atau keluarganya. Awalnya masih banyak orangtua yang tidak ingin menunjukan bahwa anaknya mengalami disabilitas. Kondisi seperti ini yang membuatnya harus bisa meyakinkan bahwa banyak yang mengalami hal yang sama bahkan mungkin kondisinya lebih berat.


“Sekarang sudah enak, bahkan mereka biasa watshap ke saya minta jemput untuk ikut kegiatan,” imbuhnya.

RKD Pinilih menjalin kerjasama dengan beberapa Universitas antaralain dengan Program Studi Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM yang saat itu sedang melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Pelayanan yang diberikan diantaranya pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan darah, laboratorium sederhana, pemeriksaan gigi oleh dokter gigi, dokter umum, dokter saraf dan fisioterapi. Ketua Tim Pengabdian Program Studi Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascarasaajana UGM, Rina Susilowati, mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat ikut serta memberikan pelayanan pada masyarakat bagaimana menangani pasien secara langsung, selain itu juga survey alat bantu yang dibutuhkan oleh difabel. Sehingga menjadi inspirasi mahasiswa untuk melakukan pengembangan.

“Perlu kepedulian banyak pihak untuk mewujudkan kemandirian difabel. Kita perlu berkaca pada difabel dan pengasuh yang cukup tabah menjalani hidup dengan tingkat kesulitan mungkin lebih tinggi dibanding yang normal. Pelayanan kesehatan untuk difabel sangat penting, memerlukan kemanusiaan, memanusiakan difabel yang memiliki keterbatasan-keterbatasan. Pelayanan kesehatan untuk difabel secara umum masih perlu untuk ditingkatkan,” ujarnya.

Pengelola RKD Pinilih, Maria Tri Suhartini menjelaskan bahwa RKD Pinilih yang berdiri tahun 2019 adalah khusus untuk pelayanan kesehatan. Dengan menempati bekas gedung Puskesmas pembantu Puskesmas Sedayu yang berdiri diatas tanah khas desa, RKD Pinilih melayani semakin banyak difabel yang ada di Kapenawon Sedayu. Tahun ini ada lebih dari 600 anggota dengan ragam difabel dari fisik, mental, intelektual, sensorik dan ganda. Dimana disabilitas mental mencapai 50 % dan lainya adalah disabilitas fisik.


“Kami mengadvokasi difabel untuk mendapatkan hak-haknya salah satunya dibidang kesehatan melalui RKD Pinilih ini. Pelayanan difabel mulai dari fisioterapi, skrining kesehatan dan ada skrining gigi,”ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa RKD Pinilih masih kekurangan tenaga kesehatan. Selama ini lebih banyak menjalin kerjasama dengan banyak pihak seperti kampus, instansi pemerintah, swasta dan lain sebagainya. Selain pelayanan dibidang kesehatan, juga diberikan pelayanan pelatihan agar difabel meningkat ekonominya. Seperti pelatihan pembuatan batik tulis, batik ekoprint dan kuliner.

Dukungan yang sangat membantu datang dari program CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah (JBT) Fuel Terminal Rewulu. CSR Pertamina JBT melakukan renovasi banngunan bekas Puskesmas tersebut dan memberikan fasilitas perlengkapan untuk pelayanan kesehatan difabel. Sehingga gedung RKD Pinilih menjadi lebih nyaman dalam memberikan pelayanan bagi para difabel.

“Dibantu dari Pertamina, sudah 3 tahun ini, ini tahun terakhir. Pertamina mendanai untuk pusat kebugaran dan rumah produksi untuk pelatihan-pelatihan, peralatan, menyewakan rumah produksi untuk kegiatan berekonomi. Meski programnya ini tahun terakhir, kami berharap Pertamina masih tetap membimbing kami atau menggandeng kami dengan program kesehatan atau ekonomi, kami harap masih dilibatkan,”ungkapnya.

Pinilih menjadi wadah bagi para difabel dan juga keluarga difabel serta orang-orang yang peduli difabel agar saling terjalin komunikasi satu dengan yang lainya. Terdapat empat program utama dalam Pinilih yaitu meliputi peningkatan kapasitas, kesehatan, ekonomi dan advokasi.

Secara terpisah, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan mengatakan memilih kelompok Pinilih dalam program ini karena potensi dalam memberikan program pelatihan yang sebelumnya sudah melalui survei terlebih dahulu. Program yang diberikan ini adalah untuk mengangkat kelompok rentan menjadi lebih berdaya. Salah satu kelompok rentan yang diidentifikasi adalah kelompok difabel Pinilih.

“Ini memang sudah tahun terakhir, artinya sudah memasuki fase mandiri. Memang, Pertamina tidak bisa membina kelompok itu terus menerus, tetapi kita targetkan kelompok tersebut mandiri dan bisa berprakarsa secara mandiri,” jelas Taufiq.

Pelatihan yang diberikan kepada kelompok Pinilih tersebut meliputi akupresure, keterampilan membaca rekam medis dan juga pelatihan kewirausahaan. Seperti budidaya jamur dan budidaya lainnya agar bisa mendapatkan saling-silang pendapatan dan bisa diputar untuk keberlangsungan kelompok tersebut.

Pertamina Patra Niaga Jateng-DIY telah memberikan pembinaan pada kurang lebih 700 kelompok difabel di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah Kebugaran Difabel Pinilih adalah salah satu yang dipilih untuk diberdayakan. Pertamina juga sering melibatkan anggota dari kelompok difabel ini untuk kegiatan-kegiatan yang bisa menambah perekonomianya.

“Kemarin saat masa Lebaran dan Nataru kita rekrut untuk refreshmen kepada awak mobil tangki yang melakukan perjalanan, sehingga setelah dipijat tidak ada lagi kecapekan dan menambah energi lebih prima. Kita harap, ini tidak hanya dari Pertamina namun dari instansi lain juga bisa melakukan rekrutmen untuk lapangan kerja dari kelompok difabel Pinilih ini,” pungkasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Selasa (23/9). 

Tags:    

Similar News