SQA dukung Monumen Reog Ponorogo jadi ikon baru budaya dan wisata Indonesia.

Majelis Dzikir Surau Qutubul Amin (SQA) mendoakan kelancaran dan kesuksesan pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Ponorogo, Jawa Timur. Monumen yang disebut sebagai tertinggi di Indonesia itu diharapkan menjadi ikon budaya mendunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Update: 2025-10-08 08:30 GMT

Sumber foto: Supriyarto Rudatin/elshinta.com

Majelis Dzikir Surau Qutubul Amin (SQA) mendoakan kelancaran dan kesuksesan pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Ponorogo, Jawa Timur. Monumen yang disebut sebagai tertinggi di Indonesia itu diharapkan menjadi ikon budaya mendunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Kita patut bersyukur, kesenian tradisional Reog sebagai karya seni budaya khas Indonesia sudah diakui dunia melalui UNESCO. Sebagai bukti cinta tanah air, sepatutnya kita mendukung proses pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban di Ponorogo agar segera rampung,” kata Ketua Majelis Silaturahmi SQA, H Suroso Surya Atmadja, di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Pernyataan itu disampaikan saat Suroso mendampingi Pembina Yayasan SQA, Ibunda Hj Dra Erlina KY, meninjau langsung megaproyek monumen dan museum yang berlokasi di Kecamatan Sampung, Ponorogo, pada Minggu (5/10/2025).

Monumen Reog dan Museum Peradaban dibangun di lahan seluas 29 hektare di kawasan perbukitan kapur yang menjadi batas Ponorogo dan Magetan. Proyek yang digagas Pemerintah Kabupaten Ponorogo ini dimulai pada Maret 2023, dengan tahap pertama diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada 23 Agustus 2025.

Monumen Reog memiliki ketinggian 126 meter, melampaui tinggi Monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang mencapai 121 meter. Pembangunan ini juga diharapkan menjadi tetenger (penanda sejarah) penyebaran Islam di era akhir Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.

“Beliau (Ibunda Hj Erlina KY) mengapresiasi dan berharap monumen tertinggi di Indonesia ini menjadi karya seni yang mendunia. Monumen ini bukan hanya kebanggaan masyarakat Ponorogo dan Jawa Timur, tetapi juga bangsa Indonesia,” ujar H Suroso.

Dalam kunjungan itu, Ibunda Hj Erlina KY turut didampingi Irjen Pol (Purn) Istiono yang juga fungsionaris Yayasan SQA, serta Brigjen Pol Eko Nugrohadi dari Mabes Polri.

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang hadir menyambut kunjungan tersebut menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan doa yang diberikan.

“Kami sangat berterima kasih dikunjungi dan didoakan Ibunda Erlina. Semoga harapan Ponorogo bisa mendunia hingga berdampak luas, termasuk terciptanya ekosistem perekonomian baru untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujar Sugiri.

Sugiri optimistis dukungan berbagai elemen, termasuk dari majelis dzikir, dapat memperkuat langkah Ponorogo dalam mengangkat potensi budaya dan alam daerahnya.

“Kami semakin yakin popularitas Reog Ponorogo bisa melesat di tengah peradaban dunia. Ini juga menjadi jalan bagi kesejahteraan rakyat,” kata Sugiri.

Sugiri merupakan penggagas pembangunan MRMP sekaligus tokoh yang berhasil memperjuangkan kesenian Reog Ponorogo diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia pada 23 Desember 2024.

Menurutnya, pembangunan tahap pertama yang telah selesai meliputi konstruksi bangunan utama monumen dan museum yang kini memasuki tahap akhir penyempurnaan.

“Selanjutnya, kami menata program museum, digitalisasi, serta dinding relief tentang Reog dan peradaban Ponorogo,” jelas Sugiri.

Ia menambahkan, pembangunan MRMP akan berlanjut pada tahun anggaran 2026. “Saat ini, Pemkab Ponorogo memproses pendirian museum transit untuk mengumpulkan artefak dan benda-benda peninggalan sejarah Ponorogo,” katanya seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Supriyarto Rudatin, Rabu (8/10). 

Tags:    

Similar News