Wisata mangrove di SM Karang Gading, Langkat Timur Laut mulai menggeliat
Program Kemitraan Antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Sejahtera Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat mulai berjalan.
Sumber foto: M Salim/elshinta.com.
Program Kemitraan Antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Sejahtera Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat mulai berjalan. Sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pengembangan ekowisata mangrove yang memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Konsep KTH Sejahtera Wisata Mangrove Jaring Halus ini melibatkan kombinasi antara pengembangan ekowisata dan pelestarian lingkungan, dimana masyarakat dapat sejahtera tanpa merusak hutan mangrove. Hal itu diungkapkan Ketua KTH Sejahtera Muhammad Aliandi Syahputra, di Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Senin (22/9).
"Kami dari Kelompok Tani Hutan Sejahtera berusaha melestarikan hutan mangrove. Dengan cara melakukan upaya penanaman bibit mangrove, menjaga keseimbangan ekosistem, dan mencegah abrasi. Kami juga berpesan kepada masyarakat untuk mencintai lingkungan dengan cara sederhana janganlah membuang sampah sembarangan," ujar Aliandi seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, M Salim, Selasa (23/9).
Aliandi menambahkan, KTH Sejahtera juga mengembangkan potensi hutan mangrove menjadi destinasi ekowisata dengan menawarkan wisata pohon cemara, melihat belangkas, tuntong laut, melihat menangkap kepiting, melihat burung migran di pulau burung, wisata susur mangrove, susur hutan adat Desa Jaring Halus yang merupakan hutan tertua di wilayah Sumatera Utara.
"Kami sudah kedatangan turis mancanegara yang masuk dari sejumlah negara dan mereka sangat tertarik dengan sajian hutan mangrove yang ada, mereka berjanji akan datang lagi untuk berburu hewan reptil seperti ular dan buaya. Terima kasih kepada BBKSDA Sumatera Utara atas dukungan, bantuan dan supportnya, sehingga kami selaku mitra bisa menggeliat," ujar Aliandi.
Kepala Seksi KSDA Wilayah II Stabat, Bobby Nopandry menyebutkan, KTH Sejahtera mencoba membuat paket wisata. Menjual paket untuk menikmati paket wisata masuk ke wisata SM Karang Gading/Langkat Timur Laut lalu sampai juga ke Desa Jaring Halus. Itu salah satu program yang kebetulan memang idenya itu muncul button up dari KTH Sejahtera membuat bisnis model, setelah dianalisa akhirnya berwujud pada wisata mangrove.
Ini bukan kebetulan perhatian dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan, biasanya kalau masuk ke suaka margasatwa itu memakai surat izin memasuki kawasan konservasi. Karena kalau masuk ke kawasan konservasi itu tujuannya hanya untuk riset dan pendidikan. Kemudian yang masuk memakai tiket itu Taman Wisata Alam Sibolangit sama Taman Nasional seperti Tangkahan dan Bukit Lawang. Jadi masuk ke Suaka Margasatwa itu agak ribet apalagi dibuat tempat wisata. Namun di tahun 2024 itu muncul sistem tiketing dan itu diterapkan di SM Karang Gading/Langkat Timur Laut.
"Untuk harga tiket masuk ke kawasan wisata Suaka Margasatwa Karang Gading Gading/Langkat Timur Laut itu bagi wisatawan mancanegara dikenakan tiket Rp.150 ribu per orang, sedangkan untuk wisatawan domestik Rp.25 ribu per orang. Dengan demikian para wisatawan dapat menikmati wisata terbatas di kawasan hutan mangrove. Bahkan saat ini kita mau mendaftarkan dengan pembayaran elektronik dalam membeli tiket untuk masuk kawasan wisata," terang Bobby.
Kepala Bidang KSDA Wilayah I Kaban Jahe, Amenson Girsang mengatakan, BBKSDA Sumatera Utara memiliki program pemberdayaan masyarakat yaitu peningkatan ekonomi masyarakat. Khusus kepada masyarakat atau kelompok tani hutan yang berada di sekitar kawasan hutan. "Saat ini ada 17 desa yang merupakan desa penyangga. Masing-masing desa ada satu kelompok tani yang kita lakukan pemberdayaan. Seperti di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ada KTH Sejahtera yang diketuai Muhammad Aliandi Syahputra mereka memilih program wisata alam, semua kelompok itu kita dukung," ujar Amenson.
Disebutkan Amensos BBKSDA akan membantu sarana prasarana, bagaimana nanti penelitian kemudian dari pengembangan wisatawan-wisatawan ataupun peneliti itu menjadi objek ataupun menjadi konsumsi dari kelompok ini. BBKSDA juga akan mengedukasi bagaimana mengelola kelompok, bagaimana mengelola potensi dari kegiatan, dan bagaimana mengelola keuangan ataupun ekonomi dari kelompok tersebut. Dengan harapan 10 tahun kedepan masyarakat bisa meninggalkan kawasan hutan tentunya dengan ekonomi yang sudah membaik.
Menurut Amenson, luas hutan SM Karang Gading/Langkat Timur Laut 14.827 hektare. Sejak masa reformasi SM Karang Gading/Langkat Timur Laut ini sudah mengalami gangguan perambahan dan alih fungsi. Tahun 2007 hasil inventarisasi ada 6 ribu hektare sudah terjadi alih fungsi lahan oleh masyarakat, koperasi maupun perusahaan. Kemudian tahun 2022 tinggal 3 ribu hektare kerusakan itu. Upaya yang dilakukan itu sudah banyak seperti gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (gerhan) rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Pemulihan ekosistem termasuk perlindungan dan pengamanannya. Hal ini terus dilakukan sampai sekarang dengan bantuan TNI/Polri dan instansi terkait.
"Kami terus melakukan upaya pemulihan lahan di SM Karang Gading/Langkat Timur Laut ini. Dasar kita menjaga Karena SM Karang Gading/Langkat Timur Laut ini satu-satunya kawasan konservasi mangrove di sepanjang pesisir Pantai Timur Sumatera. Kemudian dia memiliki satwa-satwa endemik yang memang hanya ada di Sumatera Utara misalnya Tuntong Laut, Lutung, Bangau Tutong, Bangau Bluwok ada di posisi kumpulan kelelawar," pungkasnya.