Produsen nilai Indonesia masih perlu edukasi penggunaan mobil listrik
Pabrikan mobil listrik dari China Chery menilai konsumen di Indonesia masih memerlukan edukasi penggunaan kendaraan ramah lingkungan tersebut agar persebaran pengetahuan lebih merata dan tidak berpusat di kota-kota besar saja.
“Sebenarnya sih udah terbentuk cuma belum sepenuhnya aja. Artinya kan masih konsentrasinya di Jabodetabek dan beberapa kota besar, belum masuk ke beberapa wilayah kota yang lain,” kata Head of Brands Chery Sales Indonesia Rifkie Setiawan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu.
Penggunaan mobil listrik saat ini identik dengan kota besar. Menurut Rifkie, penggunaan mobil listrik juga bisa merambah kawasan suburban karena jarak dari satu titik ke titik yang lain tidak terlalu jauh sehingga dinilai cukup menguntungkan jika mobilitas menggunakan kendaraan ramah lingkungan tersebut.
Selain itu, konsumen di beberapa kota juga sering mengalami antrean yang cukup panjang pada malam hari untuk mengisi bensin sehingga penggunaan mobil listrik bisa menjadi alternatif.
Sejumlah merek di Indonesia, termasuk Chery kerap menyediakan pilihan powertrain (mesin) pada mobil listrik, apakah mobil hybrid atau listrik penuh. Cara tersebut dikatakan Chery merupakan strategi mereka untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik terutama di titik-titik yang belum tersentuh.
“Masih belum (daerah suburban). Makanya kenapa kita Chery strateginya memberikan beberapa alternatif powertrain untuk bisa berikan penetrasi ke beberapa kota-kota yang tidak atau belum mereka untuk mengadopsi langsung BEV,” ujar dia.
Chery beberapa waktu memperkenalkan mobil Tiggo 9 CSH (Chery Super Hybrid) yang dibekali mesin ACTECO H4J15 berkapasitas 1.500 cc turbo beserta tiga motor listrik dan baterai 34,4 kWh. Keberadaan tiga motor listrik itu menghasilkan tenaga mencapai 395 PS dan torsi 650 Nm.
Kendaraan itu dapat berjalan hingga 1.400 kilometer jika kondisi BBM penuh dan baterai yang juga penuh. Sementara untuk mode EV, Tiggo 9 CSH dapat berjalan sejauh 180 kilometer.