Kolaborasi periset Indonesia-Australia atasi perubahan iklim dan inovasi solusi
Foto: Izan Raharjo/Radio Elshinta
KONEKSI, kemitraan Pemerintah Australia-Indonesia di bidang pengetahuan, sains, dan inovasi, menggelar menggelar Knowledge and Innovation Exchange (KIE) di Yogyakarta selama dua hari, tanggal 19-20 November 2025.
Dengan mengusung tema "Innovating for Climate Action and Sustainable Development," forum ini mempertemukan lebih dari 200 akademisi, pembuat kebijakan, mitra industri, dan komunitas untuk berdialog terkait kebijakan dampak perubahan iklim ke lingkungan dan masyarakat. konvensi ini diharapkan mendorong tumbuhnya solusi inovatif dari 15 riset kolaboratif peneliti Australia Indonesia, yang didukung oleh KONEKSI di sektor pertanian, teknologi, kebijakan, dan kewirausahaan
Utusan Khusus Australia untuk Urusan Samudra Hindia Tim Watts menegaskan, Pemerintah Australia dan Indonesia terus berkomitmen memperkuat hubungan diplomatik, mendorong hubungan antar masyarakat, dan membangun jaringan kelembagaan antara kedua negara. Khususnya, yang berkaitan dengan pendidikan dan kemitraan penelitian untuk mengatasi tantangan pembangunan yang semakin kompleks, termasuk perubahan iklim.
Kemitraan penelitian tersebut, antara lain didorong Pemerintah Australia melalui KONEKSI, yang memberikan dukungan pendanaan untuk riset bersama peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).
Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Haryono menyebut, setelah beberapa tahun, dampak dari kolaborasi ini terlihat eksponensial. Sebelumnya berada di posisi keenam, kini Australia menempati posisi pertama untuk negara-negara yang melakukan riset kolaboratif di Indonesia, dengan 69 proyek penelitian.
Kemitraan global banyak diperlukan untuk mempercepat pembangunan nasional, meningkatkan kapabilitas periset Indonesia agar setara dengan komunitas peneliti global, serta mengakselerasi pemanfaatan sumber daya kita lewat riset dan inovasi.
"Di BRIN, kami sedang fokus mendorong percepatan penggunaan hasil penelitian untuk segera diekskalasi ke masyarakat, sehingga memberi dampak langsung yang relevan dan kontribusi bagi pembangunan, baik di level nasional hingga daerah. Penyelenggaraan KIE Yogyakarta ini menjadi kesempatan bagi para akademisi dan peneliti untuk mendekat ke pembuat kebijakan dan masyarakat, sebagai pengguna hasil riset ini di Provinsi DIY," ujar Agus pada pembukaan Knowledge and Innovation Exchange (KIE) di hotel Alana, Sleman, Yogyakarta, Rabu (19/11/2025), seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang diwakili oleh Asisten Sekretariat Daerah Provinsi DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan Tri Saktiyana menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan acara tersebut. Yogyakarta selama ini menjadi ruang di mana kedekatan antara perguruan tinggi, birokrasi, komunitas, dan pelaku usaha terjalin menjadi pembelajaran sehari-hari.
"Karena itu, forum KIE ini saya pandang sebagai kelanjutan dari karakter Yogyakarta itu sendiri: tempat berkumpul untuk memahami apa yang berubah, apa yang tetap, dan apa yang harus kita kerjakan bersama. Semoga pertukaran pengetahuan hari ini tidak sekadar menjadi upaya berbagi praktik, tetapi juga membangun kepekaan bersama terhadap kompleksitas persoalan yang kita hadapi."ucapnya.
Penyelenggaraan KIE Yogyakarta juga dihadiri oleh Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Yos Sunitiyoso dan Minister Counsellor Economic, Investment, Infrastructure Jonathan Gilbert.
Dalam KIE Yogyakarta yang diselenggarakan KONEKSI, para pemangku kepentingan yang hadir turut mendukung aplikasi proyek-proyek riset yang nyata dan memberi solusi bermakna bagi pemerintah dan komunitas.