Dampak 2 pertemuan Trump-Putin dan Trump-pemimpin eropa sebagai jaminan keamanan dunia

Update: 2025-08-27 19:16 GMT

Elshinta.com - Pertemuan antara presiden AS dan Rusia, Donald Trump dan Vladimir Putin, disebut sebagai langkah penting menuju perdamaian di Ukraina, Jumat, 15/08/2025.

Momen ini merupakan momen yang luar biasa bagi Putin, seorang pemimpin yang dijauhi oleh sebagian besar negara Barat sejak Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022. Perjalanan internasionalnya sejak saat itu sebagian besar terbatas pada negara-negara yang bersahabat dengan Federasi Rusia, seperti Korea Utara dan Belarus.

Menurut Kolonel Dedy Yulianto, seorang Analis Geopolitik yang juga menjabat sebagai Analis Madya Humas di Kementerian Pertahanan, menyampaikan bahwa ada beberapa aspek yang perlu dianalisis secara objektif. "Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan secara objektif, yang pertama, kurun waktu 3 tahun Rusia mengalami titik terendah hubungan Amerika Rusia dan pertemuan ini menjadi sejarah pemulihan awal hubungan Amerika Rusia untuk hal-hal meningkatkan kerjasama Amerika Rusia selain perdamaian dengan Ukraina. Kedua, Trump dengan kepemimpinannya membuat langkah-langkah konkrit perubahan bagi masa depan Amerika dan ini membuat banyak dunia tertuju kepada Trump dengan gaya awal kepemimpinan Trump ala Coboy Amerika yang sudah tidak ditunjukkannya lagi.

Luar biasanya mengingat konteks dan premis KTT Alaska tersebut, Trump mengatakan bahwa ia tidak menyebut Ukraina atau kemungkinan gencatan senjata sama sekali. Ia paling mendekati referensi konflik tersebut dengan mengatakan bahwa "lima, enam, tujuh ribu orang per minggu" terbunuh dan mencatat bahwa Putin juga ingin mengakhiri pertumpahan darah. Trump yang biasanya cerewet tampaknya tidak banyak bicara dibandingkan Putin. Menurut Trump, ada banyak sekali poin yang disepakati dan kemajuan besar telah dicapai dalam pertemuan yang sangat produktif, walaupun point-point tidak disebutkan mendetail. Dan yang melegakan Moskow bahwa tidak disebutkan adanya "konsekuensi berat" yang diancamkan Trump akan terjadi jika gencatan senjata tidak tercapai.

Kedua pemimpin tetap membuka peluang untuk pertemuan berikutnya, meskipun Trump menyatakan "kemajuan besar", tidak ada hal substansial yang terungkap di KTT Alaska.

Pertemuan kedua Presiden Donald Trump mengadakan pembicaraan yang diatur secara tergesa-gesa pada hari Senin, 18/08/2025 dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sejumlah pemimpin Eropa, ini sesuatu yang jarang terjadi di Gedung Putih, saat ia berupaya untuk merundingkan diakhirinya perang Rusia di Ukraina sebelumnya dengan Putin. Peran Amerika Serikat dalam jaminan keamanan bagi Ukraina menjadi inti pembicaraan hari Senin. Para pemimpin Eropa dan Zelensky ingin tahu sumber daya apa yang akan dikomitmenkan Trump untuk memastikan, setelah kesepakatan damai potensial tercapai, bahwa Rusia tidak dapat berkumpul kembali dan mengincar lebih banyak wilayah di kemudian hari. "Presiden Putin setuju bahwa Rusia akan menerima jaminan keamanan untuk Ukraina.” ujar Trump. Dan ini adalah salah satu poin kunci yang perlu dipertimbangkan di meja perundingan, dan Trump optimistis, secara kolektif, dapat mencapai kesepakatan yang akan mencegah agresi apa pun di masa mendatang terhadap Ukraina. Langkah selanjutnya bagaimana Trump merencanakan pertemuan Trilateral antara Putin-Zelensky-Trump untuk mencapai keamanan di Ukraina.

Sebelumnya Trump berkomitmen bahwa janjinya untuk menjauhkan pasukan Amerika dari konflik luar negeri, dan bahkan beberapa anggota pemerintahannya sendiri telah menganjurkan pengurangan besar-besaran peran AS dalam perang Ukraina, ini menjadi catatan sejarah perubahan kemajuan geopolitik Amerika terhadap keadaan dunia.

Memang, ia tidak berkomitmen pada apa pun pada hari Senin. Namun, fakta bahwa ia tidak menyingkirkan opsi tersebut dapat menandakan perubahan pendekatan dalam upayanya mengakhiri perang.

Analisa

Analisa penulis bahwa kegiatan KTT Alaska pertemuan Trump dan Putin dengan penyataan bersama tanpa janji, konsesi dan kompromi. Putin mungkin merasa cukup nyaman tersirat bahwa kesepakatan-kesepakatan yang tidak diucapkan atau tidak tersirat dalam konprensi press setelah pertemuan tersebut sebagai kapasitas utama Kremlin yang mencakup pengakuan kedaulatan Rusia atas wilayah Ukraina, yaitu Krimea, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, (menyerahkan kendali penuh atas wilayah Donetsk timur, yang 70% diduduki oleh Rusia, sebagai imbalan atas pembekuan garis depan) hingga saat ini, Rusia telah menguasai hampir seluruh Provinsi Lugansk, sekitar 30 persen Provinsi Donetsk dan seperempat juta penduduknya masih berada di bawah kendali Ukraina, serta persetujuan Ukraina untuk demiliterisasi, netralitas, tanpa keterlibatan militer asing, dan pemilihan umum baru. Intinya, dan kesepakatan tidak tersirat ini merupakan bentuk kapitulasi yang tidak dapat diterima oleh Kyiv.

Pertemuan itu sama sekali tidak menguntungkan dan disambut dingin oleh Eropa dan Ukraina karena hasil utama dari KTT Alaska tidak lagi menjadi milik Eropa, dan sejak saat itu Putin dan Trump-lah yang akan "menentukan arah perkembangan geopolitik" Eropa dan Asia.

Pemerintahan Trump harus menjajaki apakah tawaran kompromi AS pada isu lain dapat membuat Moskow membatalkan tuntutannya atas sisa Donbas, atau menguranginya menjadi pertukaran yang jauh lebih adil antara kota garis depan Pokrovsk dan Konstantinovka (yang tampaknya akan segera jatuh) dengan tanah yang diduduki di tempat lain walaupun itu hal yang mustahil.

Gagasan melibatkan pasukan pengamanan Eropa untuk Ukraina, yang didukung oleh kekuatan udara AS, merupakan gagasan yang bodoh dengan harapan Rusia membatalkan tuntutan teritorialnya atas Ukraina dengan negoisasi dimasa datang atas 4 Provinsinya. Pertama, jika dipaksakan dalam negosiasi, kemungkinan besar akan membuat penyelesaian damai menjadi mustahil. Kedua, perlindungan udara AS untuk pasukan ini (NATO) kemudian akan menarik Amerika Serikat, yang meningkatkan kemungkinan nyata terjadinya bencana nuklir.

Jaminan keamanan Barat untuk Ukraina hanya dapat diterima oleh Moskow jika Rusia dan Tiongkok diikutsertakan bersama AS, Prancis, dan Inggris. Hal ini jelas membuat pasukan Eropa untuk Ukraina mustahil. Namun, pilihan negara yang diajukan Lavrov menunjukkan adanya perjanjian yang menjamin tidak adanya perubahan perbatasan lebih lanjut secara paksa, yang akan ditandatangani di bawah naungan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan disahkan oleh Majelis Umum. Hal ini tentu saja tidak akan memberikan jaminan militer bagi Ukraina, tetapi mengingat ketergantungan Rusia pada Tiongkok dan upaya untuk merayu apa yang disebutnya "mayoritas global", perjanjian ini akan memberikan jaminan politik dan diplomatik yang cukup kuat.

Para pemimpin tertinggi Eropa menunjukkan persatuan yang mengesankan di Gedung Putih pada hari Senin 18/08/25. Mereka mati-matian berusaha memisahkan Trump dari Putin setelah serangkaian konsesi yang diberikannya kepada pemimpin Rusia tersebut. Namun, rencana Eropa untuk jaminan keamanan bagi Ukraina pascaperang tampak masih belum jelas. Dan itu tidak mungkin terjadi tanpa Trump. Meski begitu, sepak terjang Trump patut dipuji karena telah menyuntikkan energi ke dalam upaya perdamaian. Dialah satu-satunya pemimpin yang dapat berdialog dengan kedua belah pihak dan memiliki wewenang untuk memanggil presiden Rusia ke AS serta mengumpulkan para pemimpin sekutu di Washington dalam sekejap. Meskipun Trump seringkali condong ke arah Putin daripada sekutu Baratnya, ia tidak memaksa Ukraina untuk menyerah seperti yang ditakutkan banyak kritikusnya. Tekanannya kepada sekutu NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan akan membantu mengamankan masa depan Eropa. Sebuah pencapaian warisan sejati yang dapat menyelamatkan ribuan nyawa di Ukraina bukanlah sesuatu yang mustahil bagi seorang presiden yang mendambakan rasa hormat dan pengakuan sejarah. Pengaruh Trump ini dalam usaha perdamaian di dunia akan menunjukkan hasil, strategi Trump ini patut menjadi pemicu untuk mendapatkan Nobel Perdamaian Dunia dimasa datang sebagai ambisi Trump yang memiliki peluang paling dominan saat ini. Perbedaan momen pada masa di bawah pemerintahan Biden adalah terus mendanai Ukraina "selama yang dibutuhkan". Namun, "sekarang orang-orang justru membicarakan cara untuk mengakhirinya.", itu yang ada dibenak dan diusahakan oleh Trump yang saat ini berubah menjadi gaya sinterklas.

Pada akhir bulan Agustus ini atau bulan September diyakini akan terjadi pertemuan Bilateral antara Zelensky dan Putin, dan mungkin dengan Trump dalam usaha kesepakatan, baik Rusia maupun Ukraina harus membuat konsesi teritorial untuk mencapai kesepakatan damai. "Ini tidak mudah dan mungkin tidak adil, tetapi itulah yang dibutuhkan untuk mengakhiri perang.”, ujar Dedy. (Hutomo Budi)

Tags:    

Similar News