Gubernur Jatim pelajari teknologi pengolahan sampah modern Singapura
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mempelajari teknologi pengolahan sampah modern di Tuas South Incineration Plant (TSIP) Singapura.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melihat proses pengolahan sampah modern di Tuas South Incineration Plant (TSIP) Singapura. ANTARA/HO-Biro Adpim Pemprov Jatim.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mempelajari teknologi pengolahan sampah modern di Tuas South Incineration Plant (TSIP) Singapura dalam rangka Program Republic of Indonesia and Singapore (RISING) Fellowship, untuk mendukung penguatan sistem pengelolaan sampah provinsi.
"Komitmen Singapura terhadap inovasi, perlindungan lingkungan, dan visinya menuju zero-waste future sangat konsisten," ujar Khofifah dalam keterangan diterima di Surabaya, Sabtu.
Ia menyampaikan kekaguman terhadap teknologi insinerasi bersuhu 850–1.000 derajat Celsius yang mampu mengurangi volume sampah hingga 90 persen sekaligus menghasilkan listrik.
TSIP menerima sekitar 600 truk sampah per hari dan memprosesnya melalui tahapan penerimaan limbah, pembakaran suhu tinggi, pembangkitan energi, penyaringan polutan, serta pemulihan material magnetik dari abu pembakaran.
Sisa abu yang tidak dapat dibakar dikirim ke Semakau Landfill, satu-satunya tempat pemrosesan akhir Singapura.
Untuk mengatasi bau sampah, fasilitas tersebut menerapkan tekanan udara negatif di area bunker sehingga udara beraroma sampah tersalurkan kembali ke tungku. "Problem di masyarakat yang banyak dikeluhkan terkait tempat pengolahan sampah adalah aroma sampah, maka teknologi mereduksi sampah ini harus bisa diadaptasi," ungkapnya.
Khofifah menilai keberhasilan Singapura mengintegrasikan pemulihan energi dalam sistem pengelolaan sampah menjadi inspirasi bagi Jawa Timur. “Model ini akan kami pelajari dan sesuaikan dengan konteks Jawa Timur secara teknis dan strategis untuk mereplikasi sistem dan teknologinya,” katanya.
Jawa Timur menghasilkan 6,5 juta ton sampah per tahun, dengan pengurangan 899,7 ribu ton dan penanganan 2,71 juta ton. Masih ada 2,9 juta ton sampah yang belum terkelola. Provinsi ini memiliki 5.170 bank sampah dan 1.126 desa/kelurahan Berseri (Bersih dan Lestari).
"Kami memperkuat strategi dengan beberapa upaya seperti pengurangan sampah dari sumbernya melalui peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat, penguatan sistem pemilahan dan daur ulang, pengembangan ekonomi sirkular, dan adopsi teknologi ramah lingkungan untuk pengolahan sampah," jelasnya.
Pemprov Jatim juga mengembangkan PLTSa Benowo di Surabaya dengan dua sistem utama, yakni PLTSa landfill gas berbasis metana dan gasification penghasil synthetic gas.
Sebelum ke TSIP, Khofifah bertemu dengan National Environment Agency (NEA).
"NEA menekankan bahwa langkah awal dari implementasi WTE adalah kontribusi publik dalam memilah sampah, sehingga dibutuhkan edukasi kepada masyarakat betapa pentingnya memilah sampah," tuturnya.
Kunjungan ini diharapkan memperkuat kerja sama Jawa Timur–Singapura dalam pengelolaan sampah berkelanjutan dan ekonomi hijau.