Gelar ICCSET 2025, UMK dorong inovasi teknologi hijau untuk industri cerdas dan berkelanjutan

Universitas Muria Kudus (UMK) Jawa Tengah kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi internasional bergengsi, The 6th International Conference on Computer Science and Engineering Technology (ICCSET) 2025.

Update: 2025-11-26 11:40 GMT

Sumber foto: Sutini/elshinta.com.

Universitas Muria Kudus (UMK) Jawa Tengah kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi internasional bergengsi, The 6th International Conference on Computer Science and Engineering Technology (ICCSET) 2025. Acara ini berlangsung di Auditorium UMK dengan mengusung tema “Smart, Resilient, and Sustainable Industry: Green Engineering Innovations” Rabu, (26/11).

Rektor UMK, Prof. Darsono, menyatakan, ICCSET 2025 merupakan platform penting bagi UMK untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan global, khususnya dalam menghadapi isu keberlanjutan. Selain itu, ICCSET ke-6 ini adalah komitmen UMK dalam menjawab tantangan revolusi industri 5.0 dan isu perubahan iklim.

“Tema mengenai 'Green Engineering Innovations' sangat relevan, karena kita percaya bahwa teknologi harus menjadi solusi untuk menciptakan industri yang tidak hanya cerdas dan efisien, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kami berharap konferensi ini dapat melahirkan kolaborasi riset yang berdampak nyata bagi masyarakat dan industri di masa depan,” ujarnya.

Pada sesi pleno konferensi dimeriahkan oleh tiga Narasumber dari Malaysia, Filipina, dan Indonesia, yang masing-masing memberikan perspektif mendalam dari bidang keahliannya. Konferensi ICCSET 2025 dijadwalkan berlangsung selama dua hari, mencakup sesi presentasi paralel yang menampilkan puluhan makalah penelitian terpilih, workshop teknologi, dan pameran poster inovasi.

Dr. Azizi bin Ab Aziz dari Universiti Utara Malaysia (UUM) menyoroti pentingnya adopsi teknologi cerdas dalam manajemen rantai pasok. Menurutnya, untuk mencapai industri yang tangguh (resilient), integrasi smart technology, seperti Artificial Intelligence dan IoT, dalam operasional bisnis sangat krusial.

“Namun, kita harus memastikan bahwa penggunaan teknologi ini juga memperhatikan aspek konsumsi energi dan jejak karbon, sehingga inovasi kita benar-benar mengarah pada keberlanjutan,” kata Azizi.

Sementara itu, Prof. Felomino P Alba dari Davao del Sur State College, Filipina, memaparkan studi kasus mengenai implementasi teknologi hijau di wilayah pedesaan. Inovasi rekayasa hijau tidak hanya milik industri besar, tetapi juga kunci untuk memberdayakan komunitas dan usaha mikro.

“Kami melihat potensi besar dalam penerapan energi terbarukan skala kecil dan solusi pertanian cerdas berbasis teknologi untuk menciptakan ekosistem yang mandiri dan berkelanjutan di tingkat lokal,” jelas Prof. Felomino seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Rabu (26/11). 

Menutup materi, Dr. Rochmad Winarso, yang merupakan perwakilan dari UMK yang juga Wakil Rektor II UMK menyampaikan peran strategis perguruan tinggi dalam hilirisasi riset teknologi hijau. Menurutnya, perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam menghasilkan riset yang siap diimplementasikan oleh industri.

“ICCSET adalah wadah untuk memvalidasi ide-ide tersebut. Kami di UMK terus mendorong penelitian yang berfokus pada efisiensi energi, daur ulang limbah berbasis teknologi, dan pengembangan material hijau sebagai kontribusi nyata UMK terhadap konsep industri berkelanjutan,” pungkasnya.

Tags:    

Similar News