21 Oktober 1873: Dari NERKAI ke PMI, jejak panjang gerakan kemanusiaan RI
Foto arsip petugas NERKAI (Nederlandsch Rode Kruis Afdeling Indie) pada masa kolonial Hindia Belanda. Organisasi ini didirikan pada 21 Oktober 1873 dan menjadi cikal bakal berdirinya Palang Merah Indonesia (PMI) setelah kemerdekaan. (https://tinyurl.com/mrys9fpf)
Pada 21 Oktober 1873, pemerintah kolonial Belanda mendirikan organisasi kemanusiaan bernama Nederlandsch Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) atau “Cabang Palang Merah Belanda di Hindia Belanda.” Organisasi ini menjadi tonggak awal perkembangan gerakan kepalangmerahan di Indonesia, jauh sebelum berdirinya Palang Merah Indonesia (PMI) yang kita kenal sekarang.
NERKAI dibentuk dengan tujuan membantu korban perang dan bencana di wilayah jajahan Hindia Belanda. Pendirian lembaga ini berkaitan erat dengan meletusnya Perang Aceh (1873–1904), salah satu konflik terbesar antara kerajaan Aceh dengan pemerintah kolonial Belanda. Dalam situasi tersebut, banyak tentara dan warga sipil yang terluka, sehingga diperlukan lembaga kemanusiaan yang berfokus pada bantuan medis dan logistik.
Meski beroperasi di wilayah Indonesia, NERKAI sepenuhnya berada di bawah kendali Belanda dan lebih berorientasi pada kepentingan militer kolonial. Namun, lembaga ini turut memperkenalkan konsep kemanusiaan netral dan sukarela yang kemudian menjadi dasar nilai-nilai Palang Merah di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, gagasan untuk memiliki organisasi kemanusiaan nasional mulai digaungkan. Upaya itu terwujud pada 17 September 1945, ketika Presiden Soekarno resmi menandatangani keputusan pembentukan Palang Merah Indonesia (PMI), menggantikan peran NERKAI sepenuhnya. Sejak saat itu, PMI menjadi lembaga resmi yang menangani misi kemanusiaan di Tanah Air tanpa campur tangan asing.
Peringatan berdirinya NERKAI pada 21 Oktober kini menjadi bagian dari sejarah panjang kepalangmerahan di Indonesia, menandai awal dari perjalanan panjang bangsa dalam menumbuhkan semangat kemanusiaan dan solidaritas di tengah bencana serta konflik.