Menjaga kuliner khas Majalengka, Jalakotek
Salah satu kuliner asal Majalengka yang kini jadi trend makanan anak-anak milenial Majalengka bahkan merambah keluar daerah adalah Jalakotek.
Elshinta.com - Salah satu kuliner asal Majalengka, Jawa Barat yang kini jadi trend makanan anak-anak milenial Majalengka bahkan merambah keluar daerah adalah Jalakotek.
Makanan berbentuk seperti pastel atau cireng berbahan dasar campuran tepung terigu dan tepung tapioka ini, memiliki sisi unik yaitu isiannya adalah tumisan berisi tahu dan toge. Untuk lebih nikmat saat dimakan, jalakotek yang sudah digoreng biasanya akan diberi taburan bumbu tambahan dan juga sambal.
Meski sederhana, kuliner ini justru hadir di tiap tempat khususnya di Kab. Majalengka Jawa Barat. Di Majalengka kota, Jalakotek tidak sulit ditemukan. Seperti yang ada di Jl. Siti Armilah Majalengka kulon, sebuah booth portable tepat berada di trotoar sebrang sebuah rumah Tahfidz Qur'an Majalengka.
Adalah Asep Hermawan, lajang 20 tahun asal Desa Banjaran Kec. Banjaran Kab. Majalengka, merupakan salah satu pemuda berjiwa wirausaha yang melestarikan kuliner Jalakotek, setiap harinya ia mangkal di Jl. Siti Armilah Kab. Majalengka.
Berkat Jalakotek, sedikitnya ia bisa meraup keuntungan 200ribu rupiah sehari dari 250 biji Jalakotek yang ia jual. Bahkan pemuda ramah inipun bisa menyewa lahan depan sebuah rumah sebesar 500ribu rupiah per bulan meskipun hanya sebuah trotoar dimana booth portablenya berdiri.
Asep yang selalu tersenyum pada konsumen nampak sangat cekatan melayani setiap konsumen yang mampir. Memilih varian yang dipilih pembeli, menggoreng memberi bumbu kemudian tak lupa memberi bonus sambel ijo.
Nampak dari booth mungilnya yang bersih semua peralatan yang ia perlukan seperti kompor, wajan, serokan, tiga box besar berisi Jalakotek dengan tiga varian berbeda yaitu isi daging ayam jeletot (pedas), isi daging ayam original dan isi tahu original, serta perlengkapan lainnya rapi berjajar dan tertata.
"Sejak lulus SMA tahun 2019, sudah memulai usaha Jalakotek ini. Namun dulu masih belum punya tempat dan jualan secara online saja di rumah,' kata Asep memulai obrolan.
Setelah melihat prospek usaha di Majalengka kota, kata Asep, ia mulai membidik Jln. Siti Armilah yang saat ini justru ramai dilalui kendaraan umum.
"Hampir dua bulan menempati booth ini, karena jalan ini sekarang ramai apalagi pukul empat sore saat jalan protokol ditutup karena masih PPKM level 3, jadi semua kendaraan umum melewati jalur ini," imbuhnya.
Anak kedua dari dua bersaudara putra dari Asep Supriadi (alam) dan ibu Aam Aminah ini menceritakan, memilih Jalakotek sebagai usaha kecil yang ia geluti saat ini karena ia sudah sangat hapal resepnya, dikarena dulu sering membantu sang ibu. Disamping itu kata dia Jalakotek adalah asli dari Majalengka.
"Selain sederhana, juga karena saya sangat hapal resepnya. Awalnya memang ibu yang jualan di rumah dan saya sering membantu, resep inilah yang saya dapat dari ibu dari resep adonan jalakotek, isi maupun sambalnya," terang Asep kepada Kontributor Elshinta, Enok Carsinah.
Diakuinya, setiap hari ia harus menempuh jarak 40 menit dari rumahnya di Desa Banjaran Kec. Banjaran untuk sampai ke Majalengka kota. Kendati jauh Asep mengaku senang dengan usahanya terlebih bisa membantu meringankan beban orang tua dan bisa mandiri.
"Setiap pagi saya sudah belanja bahan baku tepung di toko terdekat. Pukul delapan pagi mulai membuat adonan, memasak isi adonan, mencetak. Dan akan selesai sekitar pukul dua belas siang,' ungkapnya seraya mengatakan justru sekarang ini sang ibulah yang balik membantu dirinya.
Sekitar pukul 15.00 sore, alumni SMAN 1 Talaga ini sudah mulai turun gunung, hal itu dikarenakan Desa Banjaran berada di dataran tinggi dan Majalengka kota berada di dataran rendah.
Bukan hanya itu, setiap hari pula ia akan tiba di rumah pukul 24.00 wib, karena kedainya akan tutup pukul 22.00 wib. malam. Setelah itu dia tidak langsung pulang namun akan mampir dulu ke pasar Cigasong untuk membelii kebutuhan lainnya.
Menurut dia, rutinitas malam berada di pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan kebutuhan Jalakotek adalah keasikan tersendiri, meski setelahnya ia harus pulang menembus gelapnya malam dengan jalan menanjak.
"Karena sekarang musim hujan, terkadang saya harus menembus hujan juga, namun hati ini lega saat saya selamat tiba di tempat, kemudian bisa melayani para pelanggan, begitupun saat pulang tiap hari sampai rumah sekitar pukul dua belas malam dalam kondisi lelah," tandasnya.
Namun, segala kelelahan Asep selama ini berbuah manis, diakuinya pelanggan Jalakotek buatannya tidak hanya disukai warga Majalengka tapi juga dari luar wilayah Majalengka.
"Alhamdulillah, bahkan ada yang pesan dari Bandung dan Jakarta biasanya saya pake jasa paket. Untuk konsumen dari wilayah 3 Cirebon seperti Indramayu, Cirebon, Kuningan atau Sumedang saya antar langsung pakai motor," ucapnya bersemangat.
Meski tidak melanjutkan kuliah, semangat Asep dalam menjalankan usaha kecilnya menjadi motivasi dirinya untuk menjadi wirausaha yang sukses bahkan cita-citanya bisa memiliki cabang dan bisa mengantarkan sang ibu naik haji.
"Cita-cita saya, bisa buka cabang, dan tahun 2025 mungkin sudah punya 5 cabang, aamiin, disamping itu ingin membahagiakan orang tua memberangkatkan mereka naik haji,' ucapnya.
Asep berharap, dari usaha Jalakotek yang ia kelola, kelak akan membawa dirinya ke arah kesuksesan. Asep juga selalu ingat pesan sang bunda kelak sukses agar selalu memiliki jiwa yang rendah hati dan tidak sombong.