Perpustakaan wajib hadir di institusi pendidikan

Keberadaan perpustakaan sangat dibutuhkan di institusi pendidikan sebagai wadah penyedia informasi yang lengkap, terpercaya, dan terkini.

Update: 2021-12-16 13:56 GMT
Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

Elshinta.com - Keberadaan perpustakaan sangat dibutuhkan di institusi pendidikan sebagai wadah penyedia informasi yang lengkap, terpercaya, dan terkini.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) R.I., Muhammad Syarif Bando, mengatakan institusi pendidikan memiliki peran dalam mendukung peningkatan indeks literasi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus memperhatikan sebelas aspek pembinaan perpustakaan.

Sebelas aspek tersebut terdiri dari gedung atau tata ruang, perabot atau perlengkapan, sumber daya manusia, anggaran, proses pengumpulan koleksi bahan perpustakaan, sistem layanan, minat baca, promosi perpustakaan, kerja sama perpustakaan, mitra perpustakaan, dan penelitian untuk pengembangan perpustakaan.

“Tujuan prioritas kita tahun ini adalah meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan RPJMN tahun 2020-2024. Untuk itu, sebelas aspek ini wajib diketahui dan dikerjakan. Sebagai contoh, jangan hanya menghitung jumlah koleksi tapi wajib menyediakan koleksi yang kiranya menjadi kebutuhan pemustaka,” ungkap Syarif Bando saat menjadi pembicara utama dalam Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan Sekolah/Madrasah se-Nusa Tenggara Barat yang digelar secara daring, Rabu (15/12/2021).

Dia menambahkan, literasi merupakan kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek tertentu yang dapat diimplementasikan dengan inovasi dan kreativitas untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas tinggi serta dapat dipakai untuk memenangkan persaingan global.

Institusi pendidikan didorong agar menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan dunia kerja. Saat ini, prioritas output pendidikan adalah keterampilan. Mengutip data The Future of Jobs Report, World Economic Forum, sejak 2020, prioritas output pendidikan fokus kepada lima keterampilan yakni complex problem solving, social skill, process skill, system skill, dan cognitive abilities.

“Sekolah harus berpikir bahwa paradigma pendidikan hari ini sudah berubah. Dulu, tujuan pendidikan adalah untuk memperoleh cognitive ability. Saat ini lebih kepada kemampuan untuk memecahkan masalah yang belum diketahui solusinya di dunia nyata,” ujarnya.

Senada, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, menyampaikan bahwa perpustakaan dihadapkan pada tantangan yang tidak sederhana yakni digitalisasi. Untuk itu, perpustakaan harus dapat mengikuti perkembangan zaman dalam penyediaan bahan bacaan digital kepada masyarakat.

“Ke depan, semua akan terkoneksi dengan internet. Jadi pengelolaan perpustakaan di tempat terpencil dengan akses bahan bacaan digital yang bagus bisa mengalahkan perpustakaan besar. Mari upgrade kemampuan kita melalui penyelenggaraan bimtek ini,” ucapnya.

Dia berharap, kelak SDM berkualitas bisa membawa NTB maju di era digital.

Tags:    

Similar News