Survei LSP: Pasangan Prabowo-Ganjar diprediksi menangkan Pilpres satu putaran
Indra juga menyoroti tentang agenda demokrasi di Indonesia, survei juga memotret opini publik tentang utamanya pemilihan Presiden dari semua tokoh nasional yang dianggap potensial menjadi calon Presiden dan calon wakilnya. Nama Prabowo Subianto lebih unggul di tangga popularitas (95,1%) maupun likeabilitas (74,5%).
Elshinta.com - Peneliti senior dari Lingkaran Suara Publik (LSP), Indra Nuryadin mengatakan, bahwa klnerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan KH Maruf Amin dalam enam bulan terakhir dinilai publik memuaskan.
Hal ini diketahui berdasarkan temuan data survei yang dilakukan oleh lembaganya dalam kurun waktu 29 Mei-9 Juni 2022 kemarin.
"Dengan memeroleh 64,5% sangat memuaskan dan memuaskan," kata Indra dalam rilis surveinya, Senin (20/6).
Namun, ketika ditanya tentang kondisi ekonomi rumah tangganya dalam enam bulan terakhir, 56,8% menilai kondisi ekonominya berlangsung biasa saja. Hal ini disinyalir karena kondisi ekonomi nasional belum benar-benar pulih akibat hantaman pandemi Covid-19.
"Dapat dibaca hal ini terjadi karena belum pulihnya sepenuhnya kegiatan ekonomi masyarakat pasca menurunnya Covid-19 dan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh juga," ujarnya.
Pun demikian, Indra menyebut bahwa masih ada 27,7% yang menilai jauh lebih baik dan lebih baik dibanding dengan sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi karena terkendalinya penyebaran Covid-19, pelonggaran kegiatan sosial ekonomi dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya.
"Sebagian besar publik menilai, presiden mendatang tidak harus menjalankan program-program yang telah ditetapkan Presiden sebelumnya. Ada 58,1% publik yang menyatakan Tidak harus dan hanya ada 30,8% yang menyatakan harus," imbuhnya.
Kemudian, Indra pun menyebut bahwa publik juga setuju bila Presiden melakukan pergantian menteri-menteri dalam kabinetnya. Setidaknya, ada 70,8% publik yang sangat setuju dan setuju, sementara hanya ada 8,3% saja yang tidak setuju dan sangat tidak setuju.
"Hal ini mungkin dipandang perlu oleh publik agar kinerja pemerintahan semakin meningkat lagi dan beberapa menteri yang diduga akan menjadi calon Presiden ataupun calon wakil dapat lebih fokus meningkatkan popularitas, likeabilitas dan elektabilitasnya," terangnya.
Popularitas, Likeabilitas dan Elektabilitas Capres
Lebih lanjut, Indra juga menyoroti tentang agenda demokrasi di Indonesia, survei juga memotret opini publik tentang utamanya pemilihan Presiden dari semua tokoh nasional yang dianggap potensial menjadi calon Presiden dan calon wakilnya. Nama Prabowo Subianto lebih unggul di tangga popularitas (95,1%) maupun likeabilitas (74,5%).
"Semua tokoh memiliki popularitas dan likeabilitas yang tinggi, namun tetap dipuncaki oleh Prabowo. Hal ini wajar mengingat kiprahnya dalam politik nasional dalam kurun waktu 13 tahun terakhir setelah reformasi dan keberhasilannya dalam memimpin Kemhan dan diplomasi Pertahanannya dalam kancah internasional," papar Indra.
Kemudian, tingkat elektabilitas kedua diisi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (popularitas 87,7% dan likeabilitas 57,7%), lalu disusul oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (popularitas 87,8% dan likeabilitas 57,4%), selanjutnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (popularitas 87,7% dan likeabilitas 55,7%), Ketua Umum Partai Demokrat Agus H Yudhoyono (popularitas 86,1% dan likeabilitas 55,1%) dan calon- calon lain yang berlatar jabatan publik lainnya.
Selain menangkap popularitas dan likeabilitas, Indra juga mengatakan bahwa lembaganya pun menyoroti tentang elektabilitas para nama tokoh yang masuk ke dalam radarnya. Hasilnya, Prabowo Subianto menjadi capres 2024 dengan tingkat elektabilitas tertinggi baik dalam format pertanyaan tertutup dengan perolehan 27,7%.
"Dari hasil survei ini untuk sementara waktu belum ada capres yang secara sengit mendekati atau bahkan menyamai apalagi melewati tingkat keterpilihan Prabowo. Meskipun perlahan, angka elektabilitas Prabowo terus mengalami peningkatan mendekati perolehan suaranya pada pemilu 2019 lalu," terangnya.
Terlebih lagi kata Indra, sampai saat ini pun Prabowo Subianto belum menunjukkan intensitasnya menjadi calon Presiden, baik dalam kegiatan deklarasi maupun kerja-kerja pemenangan tertentu.
Bagi Indra, gambaran situasi ini menunjukkan Prabowo Subianto bisa jauh ungguh jika mesin politik nantinya benar-benar digerakkan, apalagi jika Ketua Umum Partai Gerindra itu secara gamblang mendeklarasikan diri maju dalam Pilpres 2024.
"Prabowo yang belum menunjukkan intensinya menjadi calon Presiden baik dengan mendeklarasikan diri ataupun melakukan kerja-kerja pemenangan dia berhasil meningkatkan elektabilitasnya hingga ke 27,7%. Hal ini juga terpotret dari kecenderungan peningkatan suara yang didapat dari hasil-hasil survei beberapa lembaga survei," tandasnya lagi.
Dua calon Presiden pesaing terdekat Anies dan Ganjar berada pada angka yang neck to neck dimana masing-masing berbagi angka persentase 16,8% untuk Anies dan 16,5% untuk Ganjar. Perolehan hanya berjarak 0,3% saja.
Yang menarik adalah mulai naikknya elektabilitas Puan. Secara perlahan ia berhasil memangkas selisih dengan calon lain dan mendekati AHY dengan selisih hanya 0,4%. Bukan tidak mungkin Puan dalam beberapa bulan ke depan, anak dari Megawati Soekarnoputri tersebut dapat melampaui Ganjar dan Anies.
Selain itu, jika melihat pola, ada kecenderungan menarik dimana angka elektabilitas calon-calon berlatar elit Parpol mengalami penambahan elektabilitas dan calon-calon berlatar non elit parpol cenderung stagnan.
"Boleh jadi hal ini terjadi karena publik melihat ada ketidakpastian pencalonan capres non elit parpol akan dicalonkan oleh Parpol. Sehingga publik lebih memilih calon elit petinggi yang punya kencederungan kuat untuk dicalonkan," tambahnya.
Indra menilai bahwa masih ada waktu yang cukup panjang bagi para calon untuk menaikkan elektabilitasnya dimana ada 12,1% pemilih belum menentukan pilihannya.
Simulasi Elektabilitas Capres dari Elite Parpol
Kemudian survei ini mensimulasikan dimana yang capres yang dimasukkan hanya para elit partai politik saja. Hasilnya menunjukkan keuntungan bagi elektabilitas Prabowo. perolehan keterpilihan Prabowo meningkat menjadi 32,7%. Disusul Puan Maharani 20,1%; AHY 16,8%, Muhaimin Iskandar 10,9% dan; Airlangga Hartarto 8,8%.
Pertanyaan berikut, survei juga menanyakan tingkat keyakinan publik terhadap peluang dicalonkannya beberapa calon yang punya potensial besar oleh partai-partai politik. temuannya; 68,2% publik tidak yakin Ganjar akan dicalonkan oleh PDIP sebaliknya hanya ada 10,7% yang yakin. Hal yang berbeda terjadi pada Puan dimana yang tidak yakin ada 27, 1% dan yang Yakin 29,7% dan ada 33,8% yang ragu-ragu. Angka keyakinan terhadap Puan lebih besar dibanding Ganjar sebaliknya angka ketidakyakinan lebih besar terhadap Ganjar dibanding Puan.
"Terhadap Prabowo 80,2% publik yakin Prabowo akan dicalonkan Partai Gerindra menjadi calon Presiden 2024," paparnya.
Sementara, tingkat keyakinan terhadap akan dicalonkannya Anies oleh partai-partai politik rendah, dimana hanya ada 20,4% yang yakin. Paling dominan adalah publik yang tidak yakin sebesar 35,1% dan ada 25,8% yag ragu-ragu. Berikutnya hal yang sama ditanyakan juga bagi Airlangga Hartarto dan Erick Thohir, dimana masing-masing memeroleh keyakinan 32,2% dan 7,8%.
"Jika kita lihat pola umum, bahwa publik lebih yakin bahwa para Capres yang berlatarbelakang elit tertinggi parpol akan dicalonkan oleh parpol untuk menjadi Capres 2024 dibanding oleh Capres yang berlatar non elit tertinggi Parpol," terang Indra.
Simulasi Elektabilitas Head to Head
Survei juga membuat simulasi pertanyaan elektabilitas yang terdiri dari satu lawan satu (head to head) dan berpasangan dengan 3 pasang dan 2 pasang bersaing. Hasilnya ditemukan bahwa jika Prabowo bersaing satu lawan satu selalu tampil sebagai pemenang dengan perolehan persentase 37,4% (simulasi 1); 39,1% (simulasi 2); 40,4% (simulasi 3) dan; 43,3% (simulasi 4).
"Pada Simulasi berpasangan dengan 3 pasang bersaing, pasangan yang menyandingkan Prabowo dengan calon lainnya seperti Ganjar, Puan, Anies dan Khofifah selalu tampil sebagai pemenang. Namun hanya Prabowo-Ganjar yang diprediksi mampu menuntaskan persaingan dalam 1 putaran pilpres saja, sementara selebihnya tidak," kata Indra.
Simulasi V dan VI yang tidak memasukkan Prabowo dalam persaingan menunjukkan pasangan Airlangga-Ganjar bersaing ketat dengan Anies Ridwan Kamil (simulasi V) dan Puan-Anies bersaing ketat dengan Ganjar-Ridwan Kamil (simulasi VI).
Pada simulasi berpasangan 2 pasang bersaing, simulasi I Prabowo-Ganjar akan menang telak dan keluar sebagai pemenang hanya dalam 1 putaran saja melawan Anies-AHY dengan perolehan suara sebesar 58,3%. Untuk simulasi 2 Prabowo-Puan vs Ganjar-Erick persaingan ketat terjadi dimana dua pasangan ini berbagi angka masing-masing 49,7% vs 43,8%. Pada simulasi ke 3 pasangan Prabowo-Anies menang vs Puan-Ganjar namun akan terjadi 2 putaran Pilpres. Terakhir pada simulasi ke 4 pasangan Prabowo-Puan melawan Airlangga-Erick berhasil menang dan Pilpres akan berlangsung 1 putaran dimana Prabowo-Puan memeroleh 50,1%.
Pun demikian, Indra menyampaikan disklaimernya, bahwa hasil survei yang ia paparkan tersebut bisa saja berpotensi berubah di kemudian hari.
"Temuan survei ini merupakan hasil pada saat survei ini dilakukan. Tentunya sangat mungkin untuk berubah karena dinamika sosial politik yang begitu cepat," tegasnya.
Sekedar diketahui, bahwa hasil survei ini merupakan temuan saat survei yang dilaksanakan pada 29 Mei-9 Juni 2022 dengan jumlah sampel 1230 responden, margin of error 2,8% dengan tingkat kepercayaan 95%. Sampel tersebut merupakan penduduk yang berusia 17 tahun keatas dan disebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan bantuan kuesioner.