28 Maret 1981: Tragedi pembajakan pesawat Garuda Indonesia
Elshinta.com, Dunia disita oleh peristiwa tragis yang mengguncang Indonesia dan meresahkan komunitas penerbangan internasional: pembajakan pesawat Garuda Indonesia yang terjadi pada tanggal 28 Maret tahun 1981 silam.
Elshinta.com - Dunia disita oleh peristiwa tragis yang mengguncang Indonesia dan meresahkan komunitas penerbangan internasional: pembajakan pesawat Garuda Indonesia yang terjadi pada tanggal 28 Maret tahun 1981 silam. Peristiwa ini menjadi salah satu yang paling menonjol dalam sejarah penerbangan Indonesia, menimbulkan kekhawatiran atas keamanan udara di masa depan dan memicu upaya peningkatan sistem keamanan penerbangan.
Pembajakan tersebut terjadi ketika Pesawat DC-9 milik Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 206 sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan. Pada saat itu, pesawat membawa 57 penumpang dan 7 awak, termasuk pilot dan kru kabin. Namun, perjalanan yang seharusnya menjadi rutin berubah menjadi momen ketegangan dan ketakutan yang tak terlupakan.
Kelompok bersenjata yang dipimpin oleh seorang pria bersenjata menyerbu kokpit pesawat dan dengan kekerasan memaksa pilot untuk mengubah rencana penerbangan. Mereka mengarahkan pesawat ke Bangkok, Thailand. Motivasi di balik pembajakan tersebut tidak jelas pada awalnya, namun kemudian diketahui bahwa pelaku adalah anggota gerakan separatis Papua.
Selama perjalanan ke Bangkok, para penumpang dan awak pesawat berada dalam keadaan ketakutan dan tidak pasti. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana nasib mereka akan berakhir. Sementara itu, pihak berwenang di Indonesia dan internasional diliputi kegelisahan dan berusaha keras untuk menyelesaikan situasi tersebut tanpa kehilangan nyawa.
Setelah beberapa jam tegang, pihak berwenang berhasil menegosiasikan pembebasan sebagian besar penumpang. Pembajak meminta uang tebusan dan membebaskan sebagian besar penumpang sebagai syarat. Namun, 15 penumpang tetap ditahan sebagai sandera, termasuk dua diplomat asing.
Ketegangan berlanjut ketika pesawat membawa sandera-sandera tersebut melintasi beberapa negara, termasuk Malaysia dan Singapura, sebelum akhirnya mendarat di Filipina. Di Manila, upaya penyelamatan yang dipimpin oleh pihak berwenang Filipina dan Indonesia berakhir tragis. Penyerbuan untuk membebaskan sandera berakhir dengan kematian beberapa pembajak dan sandera.
Baca juga Operasi Woyla Kopassus bungkam media asing
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia pada tanggal 28 Maret 1981 meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah penerbangan Indonesia. Ini juga menyoroti kebutuhan akan peningkatan sistem keamanan penerbangan dan kerja sama internasional dalam menangani ancaman terorisme udara.
Meskipun tragedi ini terjadi bertahun-tahun yang lalu, kenangan akan ketakutan, kecemasan, dan kehilangan yang dirasakan oleh para korban dan keluarga mereka tetap hidup. Peristiwa ini juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya terus-menerus memperkuat sistem keamanan penerbangan untuk melindungi kehidupan dan keamanan para penumpang dan awak pesawat.