Plt Kepala Puskurjar sebut Kurikulum Merdeka Pro Semua
Kurikulum Merdeka dibuat untuk pro guru dan pro siswa, bukan untuk pro administrasi. Prinsipnya tetap penyederhanaan, esensial dan fleksibilitas sehingga memudahkan guru untuk mengembangkan diri.
Elshinta.com - Kurikulum Merdeka dibuat untuk pro guru dan pro siswa, bukan untuk pro administrasi. Prinsipnya tetap penyederhanaan, esensial dan fleksibilitas sehingga memudahkan guru untuk mengembangkan diri.
Hal itu diungkapkan Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek Zulfikri dalam kegiatan Penyusunan Panduan Mata Pelajaran pada Pendidikan Kesetaraan yang digelar Senin (22/4/2024) di Hotel Mercure Roa Malaka Jakarta.
"Harapannya guru bisa merepresentasikan aktivitas belajar sehingga siswa cinta belajar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kesan kurikulum itu ribet harus dihilangkan dan guru leluasa berkreasi dengan pembelajaran yang kreatif menantang dan membuat anak senang," harap Zulfikri.
Untuk mewujudkan itu Zulfikri berpesan pada para pembuat panduan pembelajaran agar membuat panduan yang jelas tujuan, langkah dan aseamennya.
"Jelaskan tentang langkah siswa mencapai tujuan pembelajaran, bukan langkah guru mengajar. Jika ada empat langkah, maka langkah keempat tujuan tercapai. RPP cukup satu lembar saja, tidak perlu banyak-banyak," tandas Zulfikri.
Di hadapan ratusan peserta dari berbagai mata pelajaran itu, Zulfikri juga menekankan bahwa pembelajaran harus melihat materi esensial yang cirinya ilmu yang dipelajari siswa memiliki keterpakaian jangka panjang sehingga akan membekali kemudahan siswa dalam menghadapi kehidupan mendatang.
Sejarah Tingkat Lanjut siapkan siswa jadi warga global
Sementara itu dalam kegiatan yang sama, dibahas juga telaah Capaian Pembelajaran Sejarah Tingkat Lanjut yang merupakan muatan baru dalam Kurikulum Merdeka.
Salah satu peserta penelaah Heni Purwono yang merupakan Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Jawa Tengah mengungkapkan mata pelajaran Sejarah Tingkat Lanjut bertujuan agar siswa Indonesia ke depan mampu menjadi warga negara yang berprespektif global.
"Mata pelajaran ini sifatnya penguatan terhadap konten sejarah Indonesia yang menjadi muatan wajib para siswa. Jadi sifatnya memperdalam dan memperkaya sejarah nasional yang wajib diikuti oleh siswa. Sifat sejarah tingkat lanjut adalah pilihan, siswa SMA boleh memilih pelajaran ini atau tidak di kelas XI dan XII. Jadi kalau guru bisa menarik dalam mengajarnya, kontekstual, maka besar kemungkinan sejarah tingkat lanjut dipilih oleh siswa. Apa lagi bagi siswa yang memang punya minat untuk melanjutkan kuliah di ranah kesejarahan dan rumpun ilmu sosial lainnya," tandas Heni.
Sejarah tingkat lanjut ini, tambah Heni, juga akan menjadi penyambung antar peristiwa yang selama ini mungkin dianggap berdiri sendiri.
"Contohnya begini, ketika siswa belajar tentang Hindu Budha di sejarah Indonesia, maka di pelajaran sejarah tingkat lanjut, saya sebagai guru sejarah akan menjelaskan juga secara mendalam tentang peradaban India yang menjadi akar Hindu Budha. Saya juga secara kontekstual dan mendalam bisa menjelaskan kepada siswa secara lokal hal itu dapat dilihat dari keberadaan candi Dieng, temuan lingga yoni yang ada di hampir sepanjang sungai Serayu dan lainnya yang bersifat lokal. Bahkan cara pembelajarannya, saya bisa ajak siswa melakukan lawatan sejarah ke objeknya secara langsung," jelas guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara ini. (yun)