Denny JA luncurkan genre baru: Imajinasi Nusantara, doa visual dari tanah batik untuk dunia yang luk
Di tengah ketegangan geopolitik global akibat perang Israel–Iran hingga derita yang belum reda di Jalur Gaza. Sastrawan dan pemikir publik Denny JA mempersembahkan The Deal of Century, sebuah lukisan yang bukan hanya menggambarkan mimpi perdamaian dunia, tapi juga menjadi penanda lahirnya genre seni rupa baru bertajuk "Imajinasi Nusantara".
Elshinta.com - Di tengah ketegangan geopolitik global akibat perang Israel–Iran hingga derita yang belum reda di Jalur Gaza. Sastrawan dan pemikir publik Denny JA mempersembahkan The Deal of Century, sebuah lukisan yang bukan hanya menggambarkan mimpi perdamaian dunia, tapi juga menjadi penanda lahirnya genre seni rupa baru bertajuk “Imajinasi Nusantara”.
“Lukisan ini sekaligus doa agar imajinasi perdamaian tercipta,” ujar Denny, seperti yang dilaporkan Reporter Elshinta Rizky Rian Saputra.
Empat tokoh dunia hadir dalam satu kanvas imajinatif: Donald Trump, Benyamin Netanyahu, Ayatollah Ali Khamenei, dan Mahmoud Abbas. Mereka berdiri mengenakan batik Nusantara, dengan latar surealis dan merpati, ranting zaitun, jet tempur yang berhenti di langit, mikrofon perdamaian.
Narasi yang ditawarkan bukan sekadar harapan, tapi imajinasi konkret akan perdamaian: dua negara merdeka yakni Israel dan Palestina yang saling menghormati dan diakui dunia, bahkan menerima Nobel Perdamaian. Namun menurut Denny JA, The Deal of Century hanyalah permulaan dari visi yang lebih besar.
Lewat genre Imajinasi Nusantara, Denny JA meramu tiga elemen utama:
1. Batik sebagai identitas budaya lokal, dikenakan tokoh dunia sebagai simbol harmoni spiritual dan estetik Indonesia.
2. Figur manusia yang realistis dan ekspresif, menghadirkan tokoh-tokoh dengan anatomi presisi dan emosi yang kuat.
3. Latar surealis dan simbolik, mengajak penonton masuk ke dunia imaji yang penuh makna dan harapan.
Berbeda dari genre lukisan Barat yang menekankan gaya dan teknik tertentu, Imajinasi Nusantara menawarkan diplomasi budaya melalui kombinasi realisme dan surrealisme khas Indonesia. Ini adalah genre yang menjadikan batik sebagai bahasa visual global.
Sejak 2022, lebih dari 600 lukisan telah dilahirkan Denny JA bersama asisten AI-nya. Namun bukan galeri mewah yang dipilih untuk menampilkannya, melainkan delapan hotel budget di Jakarta dan Jawa Barat.
“Lukisan menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Seni tidak harus eksklusif,” tulis Denny dalam catatan karyanya.
Kini, 50 lukisan baru tengah disiapkan. Semua dalam nafas Imajinasi Nusantara. Ini bukan hanya produksi seni, tapi deklarasi dari seorang seniman Indonesia yang ingin memberi sumbangsih dalam sejarah seni rupa dunia.
Denny JA meyakini bahwa semua pelukis besar dunia yang mewarnai sejarah seni Picasso, Kandinsky, Van Gogh yang datang membawa satu genre baru. Kini giliran Indonesia hadir dengan Imajinasi Nusantara.
Di tengah dunia yang luka, The Deal of Century tidak menawarkan pelarian, melainkan perenungan. Seperti kata Jalaluddin Rumi, “What you seek is seeking you.”
Jika yang dicari adalah perdamaian, mungkin sudah saatnya kita memulainya melalui kuas, batik, dan imajinasi dari Nusantara.