Metode Tunnel Boring Machine paling efektif untuk tanah Jakarta, proyek MRT Jakarta Fase 2A dikebut

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Weni Maulina, menegaskan bahwa penggunaan Tunnel Boring Machine (TBM) dalam proyek MRT Jakarta Fase 2A merupakan pilihan metode paling efektif dan efisien, khususnya untuk karakteristik tanah Jakarta yang didominasi tanah lempung dan merah.

Update: 2025-07-17 23:05 GMT
Sumber foto: Radio Elshinta/ Arie Dwi Prasetyo

Elshinta.com - Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Weni Maulina, menegaskan bahwa penggunaan Tunnel Boring Machine (TBM) dalam proyek MRT Jakarta Fase 2A merupakan pilihan metode paling efektif dan efisien, khususnya untuk karakteristik tanah Jakarta yang didominasi tanah lempung dan merah.

 

Hal itu ia disampaikan saat acara Media Fellowship Program PT MRT Jakarta di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat Kamis, (17/5/2025). 

 

“Tanah di Jakarta cenderung lempung dan mudah digali, sehingga TBM menjadi metode paling sesuai. Secara efisiensi, kecepatan, dan biaya, ini sudah termasuk yang paling optimal untuk kondisi seperti ini,” ujar Weni 

 

Ia menjelaskan bahwa secara global memang tersedia teknologi pengeboran yang lebih canggih, namun teknologi tersebut biasanya diperuntukkan bagi kondisi tanah yang lebih keras atau berbatu. Di Jakarta, TBM justru lebih unggul karena mampu mengebor dengan cepat dan hemat biaya.

 

“Proses pengeboran terowongan dengan TBM bisa mencapai 10–12 meter per hari. Untuk satu terowongan bisa diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun. Misalnya, dari Monas ke Thamrin, atau dari Glodok ke Kota, semuanya bisa rampung sekitar 1,5 tahun,” kata Weni.

 

Namun, ia menggarisbawahi bahwa tantangan utama bukan pada pembuatan terowongan, melainkan pada proses pembangunan stasiun bawah tanah yang bisa mencapai kedalaman empat lantai. “Yang bikin lama itu bukan terowongannya, tapi penggalian stasiunnya. Karena butuh area luas, alat berat besar, dan perencanaan yang sangat detail,” tambahnya.

 

Weni juga menyebutkan bahwa secara internasional, pembangunan MRT bawah tanah memang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Di beberapa negara seperti Singapura dan negara tetangga lainnya, pembangunan MRT bisa memakan waktu 5 hingga 7 tahun, terutama untuk jalur bawah tanah yang lebih kompleks dan dalam.

 

“Pembangunan MRT Fase 1 di Jakarta yang rampung dalam enam tahun bahkan mendapat apresiasi dari negara tetangga. Mereka cukup kagum karena Indonesia bisa menyelesaikan MRT pertama dengan waktu yang relatif cepat,” katanya.

 

Ia menambahkan, untuk jalur elevated (layang), waktu konstruksi memang lebih singkat, biasanya hanya memakan waktu 3 hingga 4 tahun. Namun untuk sistem MRT bawah tanah seperti Fase 2A, durasi pengerjaan antara 5 hingga 7 tahun dianggap sangat wajar.

 

Dengan progres Fase 2A saat ini sudah mencapai 49,99 persen, PT MRT Jakarta terus melakukan percepatan konstruksi agar target penyelesaian segmen pertama pada 2027 dan keseluruhan proyek pada 2029 dapat tercapai.(Arie Dwi Prasetyo)

Tags:    

Similar News