Jatiluwih Festival 2025 tingkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik
Daya Tarik Wisata (DTW) Desa Jatiluwih yang berada di Kecamatan Penebel, Kabuoaten Tabanan, Bali, untuk kesekian kalinya kembali menyelenggarakan festival. Tahun ini Jatiluwih Festival ke VI (keenam) diselenggarakan selama dua hari, sejak 19 hingga 20 Juli 2025.
Elshinta.com - Daya Tarik Wisata (DTW) Desa Jatiluwih yang berada di Kecamatan Penebel, Kabuoaten Tabanan, Bali, untuk kesekian kalinya kembali menyelenggarakan festival. Tahun ini Jatiluwih Festival ke VI (keenam) diselenggarakan selama dua hari, sejak 19 hingga 20 Juli 2025.
Dengan adanya Festival Jatiluwih ini maka diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik di kawasan wisata yang telah mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia 2012.
Sementara itu Ketut ‘John’ Purna selaku Pengelola DTW Jatiluwih kepada wartawan mengakui bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jatiluwih masih sangat mendominasi jika dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan domestik.
“Festival ini (Jatiluwih Festival ke VI) sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, jumlah kunjungannya memang masih mendominasi,” kata Ketut ‘John’ Purna selaku Pengelola DTW Jatiluwih, Sabtu (19/7).
John Purna optimis bahwa kunjungan wisatawan selama festival ini antara 3.000 sampai 4.000 orang per hari. Namun secara rata-rata kunjungan wisatawan ke DTW Jatiluwih mencapai 1.500 orang per hari.
Ia menambahkan bahwa dalam Jatiluwih Festival ke VI ini pihaknya juga tak lupa menampilkan berbagai destinasi, salah satunya adalah daya tarik sistem ipengairan sawah tradisional (Irigasi) yang dikenal dengan istilah Subak.
Menurutnya, selama festival berlangsung juga akan dimeriahkan dengan Stand UMKM, atraksi budaya, musik, tarian termasuk tari maskot Jatiluwih, jantra tradisi, atraksi khas agraris seperti matekap (membajak sawah) sampai menangkap belut ramai-ramai.
Ia juga menyampaikan bahwa Jatiluwih Festival VI merupakan momentum penting yang tidak hanya merayakan budaya, tetapi juga gaya hidup yang menyatu dengan alam.
Ia mengaku ingin menyampaikan pesan kuat, bahwa pertumbuhan sejati lahir dari hubungan harmonis dengan lingkungan, bukan dari eksploitasi sumber daya alam.
“Hari ini kita tidak hanya meresmikan sebuah festival, kita sedang menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa desa kecil yang ada di lereng gubung batukaru ini, bernama desa Jatiluwih punya cerita besar yang ingin dibagikan, kita punya nilai. Kita punya warisan dan yang lebih penting, kita punya semangat,” tambahnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono, Senin (21/7).
Sementara iitu selama berlangsungnya Jatiluwih Festival VI selama 2 hari berturut-turut ini juga melibatkan sebanyak 350 warga masyarakat desa setempat baik pria maupun wanita, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.