MRT jadi motor transformasi Kota Tua: Integrasi modern dan pelestarian sejarah
Pembangunan MRT Jakarta bukan hanya soal menghadirkan moda transportasi massal modern, tetapi juga menjadi motor transformasi wajah kota, khususnya di kawasan heritage Kota Tua. Kepala Divisi Engineer MRT Jakarta, Riska Muslimah, menegaskan bahwa desain stasiun dan kawasan pendukungnya disiapkan untuk menghadirkan konektivitas yang lebih manusiawi, ramah pejalan kaki, sekaligus menjaga nilai sejarah.
Elshinta.com - Pembangunan MRT Jakarta bukan hanya soal menghadirkan moda transportasi massal modern, tetapi juga menjadi motor transformasi wajah kota, khususnya di kawasan heritage Kota Tua. Kepala Divisi Engineer MRT Jakarta, Riska Muslimah, menegaskan bahwa desain stasiun dan kawasan pendukungnya disiapkan untuk menghadirkan konektivitas yang lebih manusiawi, ramah pejalan kaki, sekaligus menjaga nilai sejarah.
“Di kawasan Kota, konsepnya memang sudah dikembangkan sejak sayembara dulu. Jalan Pintu Besar nantinya akan ditutup untuk kendaraan pribadi, hanya bus dan pejalan kaki yang bisa melintas. Jadi traffic dialihkan, kawasan ini lebih pedestrian-friendly dan lebih hidup sebagai ruang publik,” jelas Riska.
Koneksi Modern dengan Stasiun Beos
Salah satu highlight integrasi ada pada hubungan antara Stasiun MRT Kota dengan Stasiun Jakarta Kota (Beos). Jalur penghubungnya berada di bawah tanah dengan desain semi-seamless. “Memang tidak langsung tembus ke gedung, tapi jaraknya sangat dekat dengan pintu masuk stasiun Beos. Jalurnya teduh, bahkan dilengkapi canopy sehingga tetap nyaman meski hujan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, MRT Jakarta juga menyiapkan galeri bawah tanah yang memamerkan artefak hasil penggalian pembangunan. “Kami ingin menghadirkan pengalaman berbeda. Penumpang bisa melihat pameran kecil tentang sejarah dan artefak Kota Tua sebelum menyeberang ke stasiun berikutnya,” tambahnya.
Konsep Transit-Oriented dan Terintegrasi
Riska menjelaskan, setiap stasiun MRT di kawasan ini dibangun dengan konsep perencanaan yang terintegrasi. Ada area platform, concourse, hingga jalur langsung menuju halte TransJakarta. Bahkan, di beberapa titik sudah disiapkan potensi koneksi langsung ke gedung-gedung sekitar.
“Kami juga menyiapkan fasilitas lay bay di sisi jalan. Di sana akan ada wayfinding, parkir sepeda, dan fasilitas pendukung lainnya agar kawasan lebih ramah publik,” katanya.
Modernisasi Tanpa Melupakan Sejarah
Dengan desain ini, MRT Jakarta ingin memastikan pembangunan infrastruktur transportasi tidak sekadar mengejar efisiensi mobilitas, tetapi juga menjembatani modernisasi dengan pelestarian sejarah. Kawasan Kota Tua bukan hanya akan lebih mudah diakses, tetapi juga menjadi ruang kota yang nyaman, berkarakter, dan manusiawi.
“Visi kami bukan hanya menghadirkan kereta, tapi juga menghadirkan ruang hidup baru bagi masyarakat Jakarta. MRT adalah motor transformasi itu,” pungkas Riska. (Arie Dwi Prasetyo)