Elshinta.com - Penyebab demo 4 November disinyalir diakibatkan oleh adanya manuver politik, serta tudingan sejumlah pimpinan institusi. Seakan menumpang di atas kasus yang berawal dari pernyataan Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai 'Ahok'.
Terkait pernyataannya yang dinilai menista agama. Ahok kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016. Dalam sambutan, ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51 yang menuai polemik.
Aksi demo pun muncul pada 4 November 2016 atau Aksi Damai 411 untuk menuntut proses hukum terhadap Ahok agar dipercepat terkait ucapannya itu. Sekitar 18 ribu aparat gabungan dikerahkan untuk mengamankan aksi tersebut. Sebanyak 2 ribu personel TNI dan 16 ribu aparat kepolisian disiagakan untuk mengamankan jalannya aksi unjuk rasa tersebut.
Baca juga 4 November 2016: Dibalik kericuhan Aksi Damai 4 November
Aksi tidak hanya dilakukan di Jakarta. Di beberapa daerah aksi demo 4 November juga berlangsung ramai. Sangat disayangkan, aksi yang berlangsung damai dan aman ternyata berakhir ricuh. Kericuhan terjadi di depan Istana.
Kasus itu bermula saat mantan politikus Golkar dan Gerindra ini bertandang ke Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (27/9/2016). Ia menggelar dialog dengan masyarakat setempat, sekaligus menebar 4.000 benih ikan.
Dalam video resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Youtube, Ahok meminta warga tidak khawatir bila dirinya tidak lagi terpilih. Tapi ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51.
Penggalan dari kitab suci Alquran itu sebelumnya digunakan oleh rival Ahok sebagai argumen untuk tidak memilih Ahok jadi gubernur. Rupanya, pernyataan yang disampaikan menuai polemik. Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik.
Menanggapi hal tersebut, Ahok menyatakan permohonan maaf, serta tak ada niatan untuk melecahkan. Tapi hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik.
Sebelum 'ketok palu', banyak yang menuntut dipenjarakannya Ahok atas tuduhan penistaan agama. Sejumlah kelompok pun merencanakan aksi yang sepenuhnya damai. Meski begitu, dua ormas Islam terbesar Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, anggotanya tidak dianjurkan untuk ikut.
Aksi Bela Alquran atau Aksi Damai 4 November berpusat di kawasan antara Bundaran Hotel Indonesia, Bundaran Bank Indonesia dan Istana Kepresidenan. Polisi memperkirakan sekitar 200.000 warga menghadiri.
Sementara perkiraan yang lain menyebut aksi dihadiri 50.000 orang. Aksi ini berjalan dengan damai dan tertib hingga Jumat sore, sebagai batas penyelenggaraan aksi ini.
Selain warga, tampak sejumlah tokoh juga menghadiri Aksi Bela Alquran itu, di antaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, serta penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama.
Para demonstran berorasi dan menggunakan yel-yel, untuk mendesak proses hukum terhadap Ahok yang tak kunjung usai. Tapi sekitar pukul 18:30 WIB aksi yang seharusnya sudah selesai, malah mulai ricuh.
Penyebab demo 4 November disinyalir pemicu pertamanya, karena pendemo kecewa. Harapannya tuntuk berdialog dengan Presiden Jokowi, tapi harapan itu tak dipenuhi.
Diduga elemen demonstran beratribut HMI mulai mendorong dan menyerang polisi. Elemen lain tak terlihat upaya kericuhan. Sedangkan sebagian anggota Front Pembela Islam (FPI) lantas tampak berusaha melindungi barisan polisi dari para penyerang.
Dua kendaraan milik Brimob dibakar di depan Istana Merdeka, sekitar pukul 20:10 WIB. Setelah kericuhan kian parah, anggota FPI diminta menghindar. Polisi pun melepaskan tembakan gas air mata. Situasi di wilayah Istana mulai kondusif sekitar pukul 21:00 WIB.
Namun kerusuhan terjadi di bagian lain Jakarta. Tepatnya di Penjaringan, Jakarta Utara. Sebuah mini market dijarah dan satu motor dibakar.
Sumber: merdeka.com