23 November 1965: Eksekusi DN Aidit dan pembantaian 1965-1966 dalam luka sejarah Indonesia
Elshinta.com, Pada awal tahun 1960-an, Indonesia mengalami peristiwa bersejarah yang mengguncang fondasi politik dan sosial negara tersebut. Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965, yang melibatkan tokoh-tokoh komunis, termasuk Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit, menjadi pemicu bagi perubahan dramatis dalam sejarah Indonesia.

Elshinta.com - Pada awal tahun 1960-an, Indonesia mengalami peristiwa bersejarah yang mengguncang fondasi politik dan sosial negara tersebut. Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965, yang melibatkan tokoh-tokoh komunis, termasuk Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit, menjadi pemicu bagi perubahan dramatis dalam sejarah Indonesia. Tragedi ini tak hanya menciptakan krisis politik, tetapi juga memicu pembantaian dan eksekusi massal yang masih meninggalkan luka mendalam dalam masyarakat Indonesia hingga hari ini.
DN Aidit, seorang tokoh komunis yang sangat berpengaruh, menjadi target utama pemerintah setelah G30S gagal. Pada bulan November 1965, Aidit ditangkap dan dieksekusi mati pada 23 November 1965. Eksekusi ini dilakukan dengan sangat rahasia, dan detailnya masih menjadi misteri bagi sebagian besar publik.
Peristiwa eksekusi mati DN Aidit adalah bagian dari gelombang represi anti-komunis yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. PKI dilarang, dan puluhan ribu orang yang diduga terlibat dalam G30S atau memiliki hubungan dengan PKI menjadi target operasi keamanan. Banyak yang ditangkap, dipenjarakan, atau diasingkan, dan beberapa di antaranya mengalami nasib tragis dengan dieksekusi mati.
Baca juga D.N. Aidit dieksekusi mati
Proses eksekusi mati DN Aidit dilakukan secara diam-diam, dan sejumlah versi mengenai bagaimana proses tersebut berlangsung tetap menjadi perdebatan. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa Aidit dan sejumlah tokoh PKI dieksekusi di tempat terpencil, sementara versi lain mengatakan bahwa eksekusi tersebut dilakukan di tempat-tempat yang tidak diketahui secara pasti.
Pembantaian dan eksekusi massal yang terjadi pada masa itu meninggalkan bekas luka yang dalam dalam masyarakat Indonesia. Kehilangan nyawa yang tak terhitung jumlahnya, disertai dengan penangkapan dan penganiayaan terhadap mereka yang dianggap terlibat dalam G30S atau memiliki kaitan dengan PKI, membentuk lanskap politik dan sosial Indonesia yang berubah selamanya.
Hingga saat ini, peristiwa 1965-1966 tetap menjadi topik yang kontroversial dan sensitif di Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengungkap kebenaran di balik peristiwa tersebut dan memberikan penghormatan kepada para korban. Proses rekonsiliasi dan pencarian keadilan masih berlanjut, mencerminkan kompleksitas dan kontroversi dalam menghadapi masa lalu yang tragis. Sebagai bagian dari sejarah Indonesia, eksekusi mati DN Aidit dan peristiwa 1965-1966 adalah pengingat akan tantangan dan konsekuensi dari perubahan politik yang mendalam.