Pertamina NRE dan LONGi luncurkan proyek manufaktur modul panel surya
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bekerja sama dengan LONGi Green Technology Co. Ltd, secara resmi meluncurkan proyek strategis pembangunan fasilitas manufaktur panel surya (fotovoltaik/PV) di Indonesia.

Elshinta.com - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bekerja sama dengan LONGi Green Technology Co. Ltd, secara resmi meluncurkan proyek strategis pembangunan fasilitas manufaktur panel surya (fotovoltaik/PV) di Indonesia.
“Dengan membangun kapasitas manufaktur lokal, kami ingin memperkuat rantai pasok solar PV dalam negeri, menurunkan biaya produksi, dan menciptakan lapangan kerja hijau yang berkeahlian tinggi,” ujar CEO Pertamina NRE John Anis, dikonfirmasi ANTARA dari Jakarta, Selasa.
John menilai inisiatif tersebut mendukung komitmen pemerintah Indonesia terhadap pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan bertujuan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap modul solar PV di dalam negeri dan kawasan Asia Tenggara.
Fasilitas ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 GW per tahun, dan akan menggunakan teknologi terbaru dari LONGi sebagai pemimpin global dalam manufaktur solar PV, Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N yang dapat menghasilkan modul surya berdaya efisiensi tinggi.
Lokasi proyek solar PV ini berada di Deltamas, Jawa Barat. Ia menilai lokasi tersebut sebagai wilayah strategis yang memudahkan distribusi dan rantai pasok dalam proses produksinya. Fasilitas ini nantinya diharapkan dapat menyerap tenaga lokal dan juga meningkatkan perekonomian nasional.
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani, proyek strategis ini akan sangat mendukung proses transisi energi di Indonesia, yang memang menargetkan bauran energi sebesar 34,3 persen hingga 2034. Eniya berharap proyek ini dapat berjalan lancar sehingga dapat mendukung RUPTL dengan target tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW).
“Dari target tersebut, 61 persen atau 42,6 GW berasal dari pembangkit EBT,” kata Eniya.
Menurut data Kementerian Perindustrian, kemampuan produksi panel surya dalam negeri saat ini baru sebesar 1,6 GWp per tahun, sehingga dengan proyek ini akan meningkatkan kemampuan produksi nasional hingga 3 GWp agar nantinya dapat mendukung penambahan PLTS sesuai target pemerintah sebesar 300–400 GWp di tahun 2060.
Pemerintah Indonesia telah memiliki peta jalan tentang potensi peningkatan permintaan solar PV hingga tahun 2035, sehingga proyek ini dinilai sangat potensial dan akan mendukung realisasi pengembangan proyek PLTS dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) “terhijau”, mendukung pengembangan industri supply chain seperti sel surya, serta mendukung pengembangan proyek hidrogen hijau (green hydrogen) ke depannya.