Cegah kejadian serupa, Kemenag DIY kumpulkan pengasuh pesantren

Update: 2025-10-02 10:20 GMT

Sejumlah petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). Sejumlah santri terluka dan beberapa santri diduga masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) segera mengumpulkan pengasuh pondok pesantren (ponpes) untuk memastikan standar keamanan bangunan gedung menyusul robohnya bangunan di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

"Paling tidak kita akan mengimbau kepada para pengasuh pondok pesantren untuk berhati-hati dalam membuat bangunan. Apalagi menyangkut anak-anak santri yang banyak ini," ujar Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kanwil Kemenag DIY Aidi Johansyah saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis.

Aidi menyebutkan di DIY terdapat sekitar 461 ponpes dengan total jumlah 60 ribu santri.

Sejauh ini ia menilai kondisi bangunan sebagian besar ponpes relatif aman, karena umumnya tidak bertingkat tinggi serta sebagian dibangun melalui bantuan pemerintah yang sesuai standar.

"Seperti Darul Qur'an, Ali Ma'sum, termasuk Binbas di Piyungan, bangunannya sudah memenuhi standar karena yang mengerjakan dari bantuan PU. Begitu juga di Gunungkidul ada Darul Qur’an dan As-Salam, itu juga standar PU," ujarnya.

Meski demikian Aidi menegaskan Kemenag DIY tetap melakukan evaluasi keberadaan bangunan pondok pesantren, termasuk mendorong agar setiap bangunan memperhatikan struktur tahan gempa mengingat Yogyakarta merupakan wilayah rawan bencana.

Ia mengakui hingga kini Kemenag belum memiliki standar khusus terkait kapasitas hunian asrama atau kuota santri per kamar. Namun ia mengimbau pengelola pondok tidak memaksakan daya tampung berlebihan.

"Kalau untuk kelas ada ketentuan maksimal 30 santri per rombongan belajar. Tapi kalau kamar belum ada standar, hanya imbauan jangan sampai penuh sekali," ucap dia.

Aidi mengakui ada pula pembangunan mandiri oleh pondok pesantren yang kerap dikerjakan secara swadaya tanpa pendampingan teknis. Ia berharap setiap pondok melibatkan tenaga ahli, seperti arsitek atau insinyur sipil, agar kekuatan struktur bangunan benar-benar terjamin.

"Swadaya boleh, tapi harapannya mereka melibatkan para ahli yang memang mengetahui kekuatan struktur bangunan. Jangan dikerjakan asal-asalan," ujarnya.

Menurut dia, rata-rata bangunan pondok pesantren di DIY maksimal terdiri tiga lantai. Kalaupun ada yang lebih tinggi, kondisi bangunannya dinilai kokoh dan sesuai standar teknis.

"Insya Allah bangunan pondok di Yogyakarta relatif aman, meski memang masih ada pondok-pondok kecil yang menempati rumah sederhana atau limasan," kata Aidi.

Sebelumnya Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan peristiwa ambruknya bangunan di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi bahan pembelajaran penting agar kejadian serupa tidak terulang pada masa mendatang.

Menag menyebut Kemenag akan merumuskan kebijakan khusus agar pembangunan pondok pesantren maupun madrasah mengindahkan aturan pemerintah di bidang konstruksi bangunan.

Diketahui Kantor SAR Surabaya di Jawa Timur menerima laporan insiden terjadi Senin (29/9) sore sekitar pukul 15.35 WIB saat kegiatan pengecoran bangunan tengah berlangsung sejak pagi. Diduga fondasi tidak kuat, sehingga bangunan bertingkat itu runtuh hingga lantai dasar.

Similar News