Kemenag dorong KIP Kuliah untuk 11 ribu mahasiswa terdampak bencana Sumatra

Update: 2025-12-22 23:11 GMT
Elshinta Peduli

Kementerian Agama (Kemenag) memastikan tidak ada korban jiwa dari kalangan santri maupun siswa madrasah akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Meski demikian, ribuan peserta didik terdampak secara langsung maupun tidak langsung dan menjadi perhatian serius pemerintah.



Direktur Pendidikan Islam Kemenag, Dr. Thobib Al Asyhar, mengatakan pihaknya telah turun langsung ke sejumlah lokasi terdampak untuk memastikan kondisi lembaga pendidikan keagamaan, termasuk pondok pesantren yang mengalami kerusakan berat.


Hal tersebut disampaikan Thobib dalam program Talk Highlight Radio Elshinta, Senin (22/12/2025) malam.


“Kami mendatangi sebuah pesantren di Samalanga, Aceh, yang bangunannya tiga lantai dan berada di tepi sungai. Bangunan tersebut dihantam arus banjir hingga rusak parah. Namun alhamdulillah, tidak ada korban jiwa,” ujar Thobib.


Menurutnya, selain menyebabkan kerusakan fisik, banjir juga berdampak signifikan terhadap aktivitas belajar santri dan siswa madrasah. Kemenag terus melakukan pendataan jumlah peserta didik yang terdampak serta menyiapkan langkah-langkah pemulihan lanjutan.


Tak hanya peserta didik, Kemenag juga memberikan perhatian khusus kepada aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan kementerian yang terdampak bencana. Bahkan, kata Thobib, salah satu orang tua pegawai Kemenag di Aceh dilaporkan meninggal dunia akibat banjir bandang.

“Itu juga menjadi perhatian serius kami,” katanya.


Pendidikan Tidak Boleh Terhenti

Terkait dunia pendidikan, Kemenag memastikan seluruh siswa di wilayah terdampak tetap memperoleh hak belajar, termasuk menjelang penerimaan peserta didik baru madrasah yang dijadwalkan berlangsung pada Mei–Juni mendatang.

Elshinta Peduli


Menteri Agama, lanjut Thobib, telah menginstruksikan kebijakan pembebasan biaya pendidikan bagi peserta didik di daerah bencana. Untuk madrasah negeri, sejak awal memang tidak dikenakan biaya. Namun dampak paling besar dirasakan mahasiswa perguruan tinggi.


“Yang terdampak langsung adalah mahasiswa perguruan tinggi di Aceh dan Sumatra. Jumlahnya lebih dari 11 ribu mahasiswa,” ungkapnya.


Kemenag saat ini mengusulkan agar mahasiswa terdampak mendapatkan bantuan beasiswa, minimal melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Usulan tersebut akan segera dikomunikasikan dengan DPR RI.


“Banyak orang tua mahasiswa kehilangan mata pencaharian—sawah terendam, ternak hanyut—sehingga kesulitan membayar UKT. Karena itu, kami dorong agar mahasiswa terdampak mendapat prioritas KIP Kuliah,” jelas Thobib.


Sejumlah perguruan tinggi keagamaan Islam, seperti UIN Ar-Raniry Banda Aceh, juga telah menjalin kerja sama dengan lembaga pengelola zakat untuk membantu pembiayaan pendidikan mahasiswa terdampak.


“Prinsipnya, seluruh siswa dan mahasiswa—baik madrasah maupun perguruan tinggi, negeri maupun swasta—tidak boleh berhenti pendidikannya akibat bencana ini,” tegasnya.


Bantuan Darurat dan Refleksi Lingkungan

Untuk penanganan awal, Kemenag telah menyalurkan anggaran darurat sekitar Rp2,3 miliar guna memenuhi kebutuhan mendesak korban bencana, seperti logistik dan kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, kebijakan pembebasan UKT dan skema beasiswa masih terus difinalisasi.


“Ini persoalan kemanusiaan. Jangan sampai kita kehilangan generasi hanya karena bencana,” ujarnya.


Menjelang akhir tahun, Thobib mengajak seluruh pihak untuk bersinergi membantu korban bencana. Ia menekankan pentingnya solidaritas lintas kementerian, lembaga, serta masyarakat sipil.


Selain itu, Kemenag juga mengajak masyarakat menjadikan rangkaian bencana alam sebagai refleksi bersama terhadap kepedulian lingkungan. Thobib menegaskan pentingnya nilai ekoteologi yang selama ini digaungkan Kemenag.


“Kita harus merefleksikan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam. Lingkungan tidak boleh dieksploitasi secara berlebihan. Ini bukan hanya soal ekologi, tetapi juga moral dan keimanan,” katanya.


Menurutnya, kepedulian terhadap lingkungan menjadi semakin relevan di tengah meningkatnya frekuensi bencana alam. Kemenag pun mengajak masyarakat menjaga alam, tidak membuang sampah sembarangan, serta mengurangi eksploitasi lingkungan demi keberlanjutan bumi.


Sementara menjelang perayaan Natal dan pergantian tahun, Kemenag berharap seluruh lapisan masyarakat terus menjaga solidaritas, toleransi, dan kebersamaan, serta mendoakan dan membantu saudara-saudara yang terdampak bencana di berbagai daerah.


Suwiryo

Elshinta Peduli

Similar News