Kemensos dorong penguatan care economy untuk perawatan lansia dan penyandang disabilitas

Update: 2025-10-20 15:10 GMT

Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menggelar Pelatihan Care Economy bagi Lanjut Usia dan Penyandang Disabilitas, pendamping rehabilitasi sosial serta SDM lembaga kesejahteraan sosial. Kegiatan berlangsung paralel di Wisma Pendawa Ciumbuleuit, Bandung, dan BBPPKS Yogyakarta pada 6–10 Oktober 2025.

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pendamping dalam memberikan perawatan sosial yang layak, aman, dan berkelanjutan bagi lanjut usia dan penyandang disabilitas berat. Selain itu, kegiatan juga memperkuat implementasi program ATENSI Lanjut Usia (ATENSI LU), ATENSI Penyandang Disabilitas (ATENSI PD), serta Program Permakanan.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Supomo, menegaskan bahwa penguatan care economy menjadi kebijakan penting dalam menghadapi perubahan struktur demografi dan keterbatasan dukungan keluarga.

“Care economy adalah bagian penting dari sistem kesejahteraan sosial. Perawatan tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi menjadi gerakan sosial bersama antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat,” ujarnya.

Ia menyebut, kualitas perawatan yang baik merupakan investasi sosial jangka panjang.

“Jika caregiver dan pendamping kita kuat, maka masyarakat akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada bantuan negara,” tegasnya.

Dalam arahannya pada hari keempat pelatihan di Yogyakarta, Supomo juga menekankan pentingnya dimensi kemanusiaan dalam profesi caregiver.

“Menjadi caregiver adalah menjangkau yang jauh, yang tidak memiliki harapan. Kehadiran kita justru menjadi pelita bagi mereka,” ucapnya.

Ia mengingatkan bahwa keterampilan teknis harus diimbangi dengan ketulusan.

“Terus semangat, tulus, dan ikhlas. Praktik merawat dengan keikhlasan akan menghadirkan keberkahan,” pesannya.

Supomo berharap seluruh peserta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di lapangan.

“Sebaik-baiknya kita adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” tambahnya.

Pelatihan ini diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah. Untuk kategori lansia: Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kuningan, Sumedang, Indramayu, dan Sukabumi. Sementara untuk kategori disabilitas: Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Sleman, Klaten, Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali.

Materi pelatihan mencakup kebijakan rehabilitasi sosial, kode etik pendampingan, pemenuhan kebutuhan dasar, komunikasi efektif, pencegahan luka tekan, manajemen kasus, hingga praktik Activity of Daily Living (ADL). Peserta juga mengikuti praktik langsung dan evaluasi menyeluruh.

Melalui kegiatan ini, Kemensos mendorong pendamping dan caregiver berperan sebagai fasilitator keluargas. Mereka dibekali kemampuan memperkuat keluarga penerima manfaat agar mampu memberikan perawatan langsung dari rumah.

Pelatihan caregiver menjadi bagian dari strategi Kemensos dalam membangun care economy yang tidak hanya menyediakan layanan sosial, tetapi juga membuka lapangan kerja, memperkuat nilai kemanusiaan, dan menumbuhkan kepedulian masyarakat.

Pendekatan ini membentuk sistem perawatan berjenjang: Caregiver sebagai pemberi layanan langsung, Care Manager sebagai pengelola dan pengoordinasi layanan, Care Community sebagai wujud keterlibatan masyarakat, hingga Care Economy sebagai ekosistem nasional yang menempatkan perawatan sebagai bagian dari kebijakan publik dan investasi sosial.

Sebagai penutup, kehadiran berbagai narasumber seperti Kepala Pusdiklat dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial Hasim, Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Suratna, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mokhamad O. Royani, perwakilan IPSPI, serta tenaga medis dari Sentra Prof. Dr. Soeharso Surakarta dan Pangudi Luhur Bekasi menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kualitas layanan dan pengembangan profesi kesejahteraan sosial di Indonesia.

Rizki Rian Saputra

Tags:    

Similar News