Wamen Nezar Patria: Peta jalan AI Nasional jadi panduan di era kecerdasan buatan
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria wawancara khusus di Radio Elshinta Jumat, 17 Okober 2025 dalam rangka Satu Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran. Foto : Radio Elshinta Gusti Suropati
Kementerian Komunikasi dan Digital mencoba menerjemahkan perintah Presiden Prabowo yang minta Indonesia jangan sampai tertinggal dalam adopsi teknologi kecerdasan buatan (ArtificiaI Intelligence). Perintah tersebut diterjemahkan dengan serangkaian program termasuk dengan membuat Peta Jalan kecerdasan buatan (AI) Nasional. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria dalam wawancara khusus di Program Edisi Pagi Radio Elshinta Jumat, 17 Okober 2025 dalam rangka Satu Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran.
Menurut Nezar Patria, Peta Jalan AI Nasional tersebut nantinya akan menjadi panduan atau navigasi Indonesia dalam mengembangkan dan mengadopsi teknologi ini. "Kecerdasan buatan (AI) memang mengandung dua sisi. Satu sisi bisa membantu manusia untuk mempermudah pekerjaan-pekerjaan dan membantu melakukan optimasi dalam setiap proses bisnis terutama diperusahan dan diberbagai sektor lainnya. Pada sisi lain ada juga efek yang ditimbulkan adanya AI terutama ChatGPT yang berbasis pada LLM (large language model) yang bisa berinteraksi dan bercakap-cakap dengan mesin AI seperti ChatGPT," papar Nezar Patria.
Nezar Patria mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan banyak orang tergantung pada AI dalam melakukan banyak hal. Bisa dibayangkan banyak mahasiswa yang mengerjakan skripsi, tesis dan esai. Itu juga terjadi di media, ada banyak wartawan sekarang menulis berita dengan kecerdasan buatan (AI)
“Mungkin ini bahayanya kalau kita tidak peduli (aware), kita tidak memelihara yang namanya critical thinking, berpikir kritis kita sebagai manusia, itu bisa aja kita diperbudak oleh AI ini dan itu terjadi karena juga sejumlah orang malas untuk berpikir dan segalanya diserahkan pada AI,” ujar Nezar Patria.
Pada kesempatan tersebut Nezar Patria menyampaikan pengalamannya ketika dirinya membaca berita di website yang mungkin dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI). Berita tersebut sangat bagus dan lancer, namun pembuat berita tersebut lupa instruksi terhadap ChatGPT masih muncul dalam tulisan berita tersebut. Sehingga diketahui berita dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatam (AI). Kejadian tersebut merupakan karena kemalasan.
“Yang benar adalah bagaimana AI ini menjadi teman, menjadi patner untuk mempermudah, mempertajam atau mungkin juga memberikan informasi-informasi baru, atau membantu kita menstrukturkan persoalan atau mempermudah kita dalam logik yang kita bangun kalau kita bekerja untuk membuat tulisan,” kata Nezar yang juga mantan wartawan.
M. Muslichun